MAKALAH KEPRIBADIAN DAN EMOSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perilaku organisasi merupakan sebuah
kajian yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dimulai dari tingkah laku
individu, kelompok, dan tingkah laku ketika berorganisasi, serta pengaruh
perilaku individu terhadap kegiatan organisasi dimana mereka melakukan dan
bergabung dalam organisasi tersebut.
Dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi, perilaku organisasi dapat memainkan peran pentingnya dalam
perkembangan organisasi dengan melihat sudut pandang tingkah laku individu atau
kelompok yang dapat memberikan pengaruh terhadap apa yang kita sebut dengan
kinerja organisasi. Salah satu yang berkaitan dengan perilaku organisasi adalah
kepribadian dan emosi.
Di dalam sebuah organisasi, kepribadian
dan emosi akan sangat mempengaruhi individu dalam menjalankan tugasnya
(kinerja). Tanpa disadari, faktor kepribadian dan emosi menjadi salah satu
penentu keberhasilan kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi. Maka dari itu,
sangat diperlukan bagi seseorang untuk tahu dan mengerti tentang kepribadian
dan emosi, baik dari segi pengertian, ciri-ciri, dan bagian-bagian lainnya.
Pemakalah mengharapkan setelah membaca karya tulis ini, selanjutnya pembaca mampu
menguasai materi tentang kepribadian dan emosi, dan diharapkan juga pembaca
akan dapat menempatkan dirinya di dalam sebuah organisasi. Karena, keberhasilan
sebuah organisasi akan ditentukan oleh setiap individu di dalam organisasi itu
sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa defenisi
kepribadian, ciri-ciri, perkembangan kepribadian, dan tipe-tipe kepribadian
serta pengaruhnya terhadap organisasi?
2. Apa defenisi
emosi, macam-macam emosi, bentuk-bentuk emosi dan pengaruhnya terhadap individu?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui
tentang defenisi kepribadian, ciri-ciri, perkembangan kepribadian, dan
tipe-tipe kepribadian serta pengaruhnya terhadap organisasi.
2. Untuk mengetahui
defenisi emosi, macam-macam emosi, bentuk-bentuk emosi dan pengaruhnya terhadap
individu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kepribadian
1.
Pengertian Kepribadian
Kata kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa Yunani kuno proposan atau
persona yang artinya topeng yang
biasa dipakai artis dalam teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan
ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian
tertentu. Konsep awal dari pengertian personality
adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial, kesan mengenal diri
yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial. Dalam istilah
ilmiah pengertiannya berkembang menjadi lebih bersifat internal, yaitu sesuatu
yang relatif permanen menuntun, mengarahkan, dan mengorganisir aktivitas
manusia.[1]
Terdapat beberapa pengertian berbeda
tentang kepribadian yang dikemukakan oleh para pakar kepribadian. Masing-masing
para pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai dengan paradigma
yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan.
Berikut beberapa contoh definisi kepribadian[2] :
a. Nilai sebagai
stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard dan
Marquis).
b. Kehidupan
seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuan bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern).
c. Organisasi
dinamik dalam sistem psikofisiologis seseorang yang menentukan model
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport).
d. Pola trait-trait
yang unik dari seseorang (Guilford).
e. Seluruh
karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola
yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin).
f. Seperangkat
karakteristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan keumuman dan
perbedaan tingkah laku psikologik (verfikir, merasa, dan gerakan) dari
seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana
sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologik saat iu (Maddy dan
Burt).
g. Suatu lembaga
yang mengatur organ tubuh yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti
terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray).
h. Pola khas dan
fikiran, perasaan dan tingkah laku yang membedakan orang yang satu dengan
lainnya dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares).
Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan
perilaku individu yang sifatnya relatif permanen (karena terbentuk oleh waktu yang
cukup lama) yang membedakan satu individu dengan individu lainnya. Dalam
komteks organisasi, seorang manajer atau pemimpin organisasi dituntut untuk
dapat memahami kepribadian dari setiap individu agar manajer atau pemimpin
organisasi bisa mengetahui bagaimana cara terbaik untuk menghadapi mereka.
Memahami kepribadian adalah termasuk hal mendasar yang perlu dipahami oleh para
manajer atau pemimpin organisasi.[3]
2.
Ciri-Ciri Kepribadian
Dari penjelasan definisi yang sudah
dikemukakan sebelumnya, ada lima persamaan yang menjadi ciri dari kepribadian,
yaitu[4] :
a. Kepribadian
bersifat umum, kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, fikiran,
kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistemik terhadap seluruh tingkah
lakunya.
b. Kepribadian
bersifat khas, kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang
membedakan dia dengan orang lain, seperti tanda tangan atau sidik jari,
bagaimana individu berbeda dengan individu lainnya.
c. Kepribadian
berjangka lama, kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat individu yang
awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat. Kalau terjadi perubahan biasanya
bersifat bertahap atau akibat merespon
sesuatu kejadian yang luar biasa.
d. Kepribadian
bersifat kesatuan, kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit tunggal,
struktur atau organisasi internal dipotetik yang membentuk kesatuan dan
konsisten.
e. Kepribadian
dapat berfungsi baik atau berfuungsi buruk, kepribadian adalah cara bagaimana
orang berada di dunia. Apakah dia tampil dalam tampilan yang baik,
kepribadiannya sehat dan kuat. Atau tampil sebagai burung yang lumpuh yang
berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah.
Ciri kepribadian sering dipakai untuk
menjelaskan bagaimana dan mengapa orang senang dan mengapa susah, berhasil atau
gagal, berfungsi penuh atau berfungsi sekadarnya.
3.
Perkembangan Kepribadian
Kepribadian seseorang seperti yang kita
lihat sekarang, tidaklah dibawa sejak lahir, Sigmund Freud dalam Abu Bakar M.
Luddin, mengatakan kepribadian telah terbentuk pada akhir tahun kelima dari
kelahiran dan perkembangan selanjutnya merupakan penghalusan struktur dasar itu.[5]
Allport dalam buku yang sama, juga
menegaskan bahwa individu dari lahir mengalami perubahan-perubahan yang
penting. Anak yang baru lahir dilengkapi keturunan-keturunan,
dorongan-dorongan, nafsu dan reflek mengisap, merekam gerakan namun belum punya
sifat dan kepribadian. Memiliki potensi fisik dan tempramen yang aktualisasinya
tergantung kepada perjembangan dan kematangan. Melalui aktivitas umum yang
menjadi sumber tingkah laku yang bermotif. Sifat-sifat khas seorang anak baru
dapat dilihat pada umur 2 tahun. Perkembangan itu melewati garis-garis yang
berganda. Bermacam-macam mekanisme atau prinsip-prinsip dipakai untuk
mendeskripsikan mengenai perubahan-perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa.[6]
Manusia adalah organisme yang pada waktu
lainnya merupakan makhluk biologis, lalu berubah menjadi individu yang egonya
selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti dari
tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan. Pada orang dewasa faktor yang menentukan
tingkah laku adalah trait yang terorganisasikan dan selaras. Trait ini timbul
dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki. Tujuan yang
akan dicapai serta aspirasi-aspirasi masa depan merupakan motif utama dalam perubahan
kepribadian. Pribadi yang telah dewasa itu pada dasarnya harus memiliki hal-hal
sebagai berikut[7] :
a. Extension of
self, yaitu hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan
yang erat hubungannya dengan kebutuhan serta kewajiban yang langsung, dia harus
dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Suatu hal yang
penting dari extension of self ialah proyeksi ke masa depan melalui perencanaan
dan harapan.
b. Self
objectification yang terdiri dari komponen humor dan insight, insight adalah
kecakapan hidup untuk mengerti dirinya, sedangkan humor tidak hanya berarti
kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang menertawakan saja,
melainkan juga kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya
sendiri dan objek-objek yang disenangi serta menyadari adanya ketidakselarasan
dalam hal ini.
c. Falsafah hidup,
maksudnya individu itu harus dapat objektif dan menikmati kejadian-kejadian
dalam hidupnya, juga mesti ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu
yang dikerjakannya yang dapat memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan
salah satu hal yang penting dalam falsafah hidup seseorang.
Kepribadian seseorang tumbuh dan
berkembang melalui proses sebagai berikut[8] :
a. Individualisme,
yakni suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi yang sangat bergantung
menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu manusia memperluas kesadaran
identitas pribadinya, penerimaan dirim kepastian akan dirinya.
b. Sosialisasi,
yaitu suatu proses dinamis dimana individu mempelajari keterampilan-keterampilan,
informasi dan pemahaman kebutuhan, berhubungan secara efektif dengan orang
lain. Proses sosialisasi berlangsung dengan mementingkan hubungan antara
individu dalam kelompok.
c. Integrasi, yaitu
suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir, dan mengerjakan bersama
bagian-bagian yang berbeda atau sifat khas dari seseorang individu menuju ke
tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu keseluruhan yang kompleks.
4.
Perbedaan Kepribadian
Menurut William Marston, tipe
kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan observasi terhadap pola
perilaku yang ditampilkannya. Tipe kepribadian tersebut terdiri atas tipe dominant, inspiring, supportive,
dan cautious. Rincian karakteristik dari tiap-tiap
tipe kepribadian tersebut adalah sebagai berikut[9] :
A.
Tipe “Dominant”
|
|
Kata-kata penjelas
|
Dominan, pengatur,
penuntut/banyak permintaan, tegas, tekun, pelaku.
|
Pola pikir
|
Lakukan! Wujudkan! Raih
kemenangan! Hasil!
|
Hal yang disukai
|
Kegiatan, kompetisi, kerja keras,
melakukan sesuatu, tantangan, mendapatkan hasil, menjadi pimpinan,
menyelesaikan tugas-tugas.
|
Mereka adalah orang yang
|
Berorientasi pada tujuan, tidak
mudah puas, percaya diri, tabah, tekun, menyadari pentingya prestasi.
|
Dimotivasi oleh
|
Tantangan, pilihan, pengendalian.
|
Lingkungan yang dibutuhkan
|
Kebebasan, kewenangan, kegiatan
yang bervariasi, kesempatan berkembang.
|
Gaya komunikasi
|
Komunikasi lugas/terus terang.
|
Kelemahan
|
Kurang sensitif terhadap orang
lain, kurang bisa santai, kurang sabar.
|
B.
Tipe “Inspiring”
|
|
Kata-kata penjelas
|
Bersemangat, berpengaruh,
penting, interaktif, mngesankan, berminat pada hubungan dengan orang lain.
|
Pola pikir
|
Jadi bintang pertunjukan,
bersenang-senang, dan gembira!
|
Hal yang disukai
|
Mempengaruhi orang lain, rencana
jangka pendek, membuat orang tertawa, melakukan banyak hal/kegiatan,
berbincang-bincang dengan orang lain, prestise, dipandang penting.
|
Mereka adalah orang yang
|
Banyak bicara, pandai memulai
hubungan, menyenangkan, cenderung membesar-besarkan, mudah gembira, senang
menonton.
|
Dimotivasi oleh
|
Penghargaan, persetujuan,
popularitas.
|
Lingkungan yang dibutuhkan
|
Prestise, hubungan persahabatan,
kesempatan untuk mempengaruhi orang lain, kesempatan untuk mengilhami orang lain,
kesempatan untuk mengemukakan ide.
|
Gaya komunikasi
|
Bersabat dan komunikasi informal.
|
Kelemahan
|
Kurang bisa mengelola waktu,
kurang realistis, kurang mendengarkan orang lain, kurang memperhatikan
penyelesaian tugas.
|
C.
Tipe “Supportive”
|
|
Kata-kata penjelas
|
Pendukung, kokoh, tabah/teguh
hati, ramah, peka, sentimentil.
|
Pola pikir
|
Netral. Bergaullah dengan semua
orang. Tidak ada konflik.
|
Hal yang disukai
|
Perdamaian, harmoni, ketentraman
hati, kelompok persahabatan, kerja tim, menolong orang lain, kerjasama.
|
Mereka adalah orang yang
|
Berorientasi kelompok, sahabat,
koorperatif, teman setia, peka terhadap kebutuhan orang lain, mau memahami
dan menerima orang lain.
|
Dimotivasi oleh
|
Keamanan, penghargaan,
kepastian/jaminan.
|
Lingkungan yang dibutuhkan
|
Wilayah khusus, identifikasi
dengan kelompok, pola kerja yang mapan, situasi yang stabil, lingkungan yang
konsisten.
|
Gaya komunikasi
|
Komunkasi yang hangat, terbuka,
tulus.
|
Kelemahan
|
Sulit bila harus menghadapi
perubahan, tidak mampu mengatakan “Tidak”, sulit bertindak bebas/independen.
|
D.
Tipe “Cautious”
|
|
Kata-kata penjelas
|
Hati-hati, penuh perhitungan,
mampu, konsisten, pemikir, dan teliti.
|
Pola pikir
|
Kerjakan sesuatu dengan benar dan
sempurna. Apa rencanya? Sudahkan mempertimbangkan segala sesuatunya? Apa
tujuan sesungguhnya? Mengapa?
|
Hal yang disukai
|
Konsistensi, kerja hebat,
mengerjakan dengan tepat, informasi/data, nilai, kualitas, segala sesuatu
berjalan dengan benar, ada perencanaan, prosedur, kejujuran.
|
Mereka adalah orang yang
|
Berorientasi pada prosedur,
mengabdikan diri pada tugas, terfokus pada detail, logis, akurat, menaruh
rasa hormat.
|
Dimotivasi oleh
|
Jawaban berkualitas, keunggulan,
nilai.
|
Gaya komunikasi
|
Komunikasi yang logis, tepat, dan
detail.
|
Kelemahan
|
Analisis berlebihan, kurang mampu
menepati deadline, perfeksionis, kurang mampu mengekspresikan perasaan,
kurang memperhatikan pentingnya perasaan orang lain.
|
5.
Tipe Kepribadian
Renee Baron dan Elizabeth Wagele dalam
Marganti Sit, menyatakan ada sembilan tipe kepribadian manusia, yaitu[10] :
a. Perfeksionis.
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,
memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
b. Penolong. Tipe
kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan
peranan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
c. Pengejar
prestasi. Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang
yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
d.
Romantis. Orang
tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri
serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghiindari citra diri
yang biasa-biasa saja.
e. Pengamat. Orang
tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam
semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari
kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
f. Pencemas. Orang
tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
g.
Petualang. Tipe
ini termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal
yang menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
dukacita.
h.
Pejuang. Tipe
pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat,
memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
i. Pendamai. Para
pendamai termotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan
orang lain dan menghindari politik.
B.
Emosi
1.
Pengertian Emosi
Perasaan atau emosi merupakan gejala
afektif pada kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif, yang pada umumnya
bersentuhan secara langsung dengan gejala pengenalan. Dalam realitas terdalam,
perasaan atau emosi jiwa tidak bersifat tetap, baik dalam bentuknya maupun
kadarnya. Sakit dengan pedih, cinta dengan sayang, adalah bentuk perasaan yang
berbeda dan memiliki ukuran kedalaman emosi yang berbeda. Perbedaan itu
dilatarbelakangi oleh kepribadian dan keadaan hati seseorang.[11]
Menurut Daniel Goleman dalam Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, emosi dimaknai sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
Chaplin dalam buku yang sama mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang
terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.[12]
Istilah emosi kurang lebih dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari organisme manusia. Emosi
adalah suatu pengalaman yang sadar yang mempengaruhi kegiatan jasmani, yang
menghasilkan penginderaan organis dan kenstetis dan ekspresi yang menampak,
serta dorongan-dorongan dan suasana perasaan yang kuat. Pada hakikatnya, suatu
emosi adalah suatu pengalaman yang sadar, kompleks, dan meliputi unsur perasaan,yang
mengikuti keadaan fisiologis dan mental, yang muncul serta penyesuaian
batiniha, dan yang mengekspresikan dirinya dalam tingkah laku yang menampak.
Emosi tidak sama dengan dorongan atau keinginan atau kehendak atau pun motif.
Tetapi terdapat suatu hubungan sebab akibat antara emosi dengan hal tersebut.
Fungsi suatu emosi meliputi perubahan fisiologis. Tingkah laku yang menampak,
perasaan-perasaan dan tekanan-tekanan.[13]
2.
Teori-teori Proses Terjadinya Emosi
a.
Teori James-Lange
Teori Jamer-Lange emosi berpendapat bahwa sebuah peristiwa menyebabkan rangsangan
fisiologis terlebih dahulu dan kemudian seseorang menafsirkan rangsangan ini.
Setelah interpretasi dari rangsangan terjadi seseorang mengalami emosi. Contohnya,
seseorang berhalan menyusuri lorong gelap larut malam dan dia mendengarkans
esuatu. Ada suara jejak di belakangnya dan dia mulai gemetar, jantungnya
berdetak lebih cepat, dan napasnya semakin dalam. Dia melihat
perubahan-perubahan fisiologis dan menafsirkannya sebagai situasi yang menakutkan
kemudian, maka dia mengalami rasa takut.[14]
b.
Teori Meriam Bard
Teori Meriam Bard berpendapat bahwa
seseorang mengalami rangsangan fisioogis dan emosional pada saat yang sama,
tetapi tidak melibatkan peran pikiran atau perilaku lahiriah. Contoh: ketika seseorang
berjalan menyusuri lorang gelap larut malam dan dai mendengarkan sesuatu. Ada
suara jejak kaki dibelakannya, dia mulai gemetar, jantungnya berdetak lebih
cepat, dan pernapasannya menjadi lebih dalam dan pada saat yang sama dia merasa
takut.[15]
c.
Teori Schachter-Singer
Menurut Teori ini, suatu peristiwa
pertama menyebabkan rangsangan fisiologis, kemudian seseorang harus
mengidentifikasi alasan untuk stimulus ini dan kemudian dia mendapat pengalaman
yang disebut emosi. Contoh: ketika seseorang berjalan menyusuri lorang gelap
larut malam dan dai mendengarkan sesuatu. Ada suara jejak kaki dibelakannya,
dia mulai gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat, dan pernapasannya menjadi
lebih dalam. Setelah melihat ini rangsangan dia menyadari kenyataan bahwa dia berjalan
menyusuri lorong gelap sendirian, perilaku ini berbahaya dan hal itu
menyebabkan dia merasakan emosi takut.[16]
d.
Teori Lazarus
Teori Lazarus menyatakan bahwa pikiran
harus datang sebelum emosi atau rangsangan fisiologis. Dengan kata lain,
seseorang harus terlebih dahulu berfikir tentang situasi, sebelum dia mengalami
emosi. Contoh: ketika seseorang
berjalan menyusuri lorang gelap larut malam dan dai mendengarkan sesuatu. Ada
suara jejak kaki dibelakannya, dan dia pikir mungkin perampok sehingga dia mulai
gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat, dan pernapasannya menjadi lebih dalam
dan pada waktu takut pengalaman yang sama.[17]
3.
Macam-macam Perasaan
Perasaan pada umumnya dibagi dua, yakni
perasaan senang dan perasaan tidak senang. Perasaan senang merupakan suasana
hati yang cerah direspons oleh keadaan tubuh yang atraktif. Dinamika tubuh
ketika menerima perasaan senang berbeda dengan ketika menerima perasaan tidak
senang. Misalnya perasaan senang itu terlihat jelas pada anak sekolah yang
berteriak-teriak kegirangan, berpesta ria ketika ujian akhir nasionalnya
dinyatakan lulus. Perasaan tidak senang adalah suasana hatiyang menolak
peristiwa yang berkaitan dengan dirinya yang jauh dari sesuatu yang diharapkan.
Tidak senang adalah perasaan yang sama dengan perasaan senang jika dilihat dari
alat yang meresponnya, yakni hati atau jiwa yang terdalam. Perasaan pun dapat
memperlihatkan diri ke dalam bentuk perbuatan fisik yang dapat ditafsirkan oleh
orang lain. Misalnya, murid yang tidak lulus, menjerit, menangis, merangkul
ibunyam atau bahkan merobek ijazah.[18]
Menurut Palland dalam Roeslany Marliany,
ada tiga golongan perasaan manusia yang merupakan gejalan kejiwaan, yaitu[19]:
a. Perasaan-perasaan
yang aktual, yakni yang berhubungan dengan kejadian yang dihadapi sekaran, yang
disebut dengan perasaan-perasaan present.
b. Perasaan yang
berhubunan dengan sesuatu yang belum terjadi, yakni harapan.
c. Perasaan yang
berhubungan dengan peristiwa masa lalu, semacam hantu yang menakutkan, sehingga
sering dikatakan menghantui perasaan, misalnya perasaan merasa bersalah karena
seorang suami tidak menemani istrinya yang melahirkan, kemudian sang istri
meninggal dunia saat melahirkan.
4.
Bentuk-bentuk Emosi
Meskipun emosi itu sedemikian
kompeksnya, namun Daniel Goleman dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu[20] :
a. Amarah, di
dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan
kebencian patologis.
b. Kesedihan, di
dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
c. Rasa takut, di
dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, panik dan fobia.
d.
Kenikmatan, di
dalamnya meiputi bahagia, gembira, raing puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang
sekali, dan mania.
e. Cinta, di
dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
f.
Terkejut, di
dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
g.
Jengkel, di
dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
h.
Malu, di
dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib,
dan hati hancur lebur.
5.
Pengaruh Emosi Terhadap Individu
Emosi merupakan perkembangan yang
sempurna dari suatu pola tingkah laku individu. Emosi itu mempunyai banyak
nilai kehidupan dan dapat bekerja bagi kegembiraannya atau bagi
perlindungannya. Pribadi yang matang emosinya siap untuk mengontrol tingkah
lakunya. Tetapi keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri akan cenderung
dikondisi oleh pengalaman-pengalaman emosionalnya. Berikut beberapa pengaruh
emosi terhadap individu[21] :
a.
Pengaruh emosi terhadap tingkah laku
Perasaan takut, marah,
kasih sayang, kegembiraan, rasa ingin tahu, dan cemburu berfungsi sebagai kekuatan-kekuatan
pendorong. Mereka mendorong seorang individu menuju kegiatan konstruktif.
Mereka berpartidipasi dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang destruktif.
Pemilihan kontrol terhadap tingkah laku. Karenanya, menjadi sangat penting
selama terjadi pengalaman emosional. Akibat emosi terhadap tingkah laku
individu berbeda-beda karena umur dan tingkat perkembangannya. Biasanya
individu mengalami situasi-situasi yang memaksa
mereka mencapai kedewasaan. Perbuatan kontrol emosional soerang yang
telah dewasa sangat beguna, tidak saja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk
setiap orang muda yang terpengaruh oleh contoh-contohnya. Emosi dapat dikontrol
sedemikian rupa sehingga berperan melayani individu dan bukan merupakan
tuannya.
b.
Pengaruh emosi terhadap keadaan jasmani
Emosi memberikan
pengaruh besar pada perencanaan dan proses jasmani lainnya. Ketakutan yang
berlebih-lebihan, kemarahan yang kuat dan kebimbangan yang dalam, dapat
menimbulkan akibat-akibat yang merugikan kesehatan. Kelenjar-kelenjar pencernaan
dalam mulut, dalam perut, dan dalam seluruh saluran pencernaan dipengaruhi oleh
gangguan emosional. Biasanya suasanan-suasana emosi yang tenang dan
menggembirakan akan menjadikan kelenjar-kelenajar pencernaan berfungsi dengan
sebaik-baiknya.
c.
Pengeruh emosi pada fungsi-fungsi lainnya.
Biasanya gangguan
bicara seperti gagap itu disebabkan gangguan emosi. Keadaan seperti itu sering
terjadi pada masa-masa remaja. Pengaruh emosi marah merupakan sumber daru
kesulitan bicara dan kelaian jasmaniah lainnya. Bila individu dibebaskan dari
gangguan emosi, bicaranya relatif normal, tetapi bila seorang individu dalam
keadaan emosi, maka akan menunjukkan penyimpangan cara berbicara.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Kata kepribadian
atau personality dalam bahasa Inggris
berasal dari bahasa Yunani kuno proposan
atau persona yang artinya topeng yang
biasa dipakai artis dalam teater. Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan
perilaku individu yang sifatnya relatif permanen (karena terbentuk oleh waktu
yang cukup lama) yang membedakan satu individu dengan individu lainnya.
Ciri kepribadian adalah, bersifat umum, bersifat
khas, berjangka lama, bersifat kesatuan, dapat berfungsi baik atau berfungsi
buruk.
Kepribadian seseorang seperti yang kita lihat
sekarang, tidaklah dibawa sejak lahir. Manusia adalah organisme yang pada waktu
lainnya merupakan makhluk biologis, lalu berubah menjadi individu yang egonya
selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti dari
tujuan-tujuan dan aspirasi masa depan.
Tipe kepribadian seseorang dapat diketahui
berdasarkan observasi terhadap pola perilaku yang ditampilkannya. Tipe
kepribadian tersebut terdiri atas tipe dominant,
inspiring, supportive, dan cautious.
Tipe-tipe kepribadian antar lain, perfeksionis,
penolong, pengejar prestasi, romantis, pengamat, pencemas, petualang, pejuang,
pendamai.
2. Istilah emosi
kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari organisme
manusia. Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar yang mempengaruhi kegiatan
jasmani, yang menghasilkan penginderaan organis dan kenstetis dan ekspresi yang
menampak, serta dorongan-dorongan dan suasana perasaan yang kuat.
Perasaan pada umumnya dibagi dua, yakni perasaan
senang dan perasaan tidak senang. Perasaan senang merupakan suasana hati yang
cerah direspons oleh keadaan tubuh yang atraktif. Perasaan tidak senang adalah
suasana hatiyang menolak peristiwa yang berkaitan dengan dirinya yang jauh dari
sesuatu yang diharapkan.
Bentuk-bentuk emosi antara lain, amarah, kesedihan,
rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, malu.
Emosi merupakan perkembangan yang sempurna dari
suatu pola tingkah laku individu. Emosi itu mempunyai banyak nilai kehidupan
dan dapat bekerja bagi kegembiraannya atau bagi perlindungannya. Pribadi yang
matang emosinya siap untuk mengontrol tingkah lakunya. Tetapi
keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri akan cenderung dikondisi oleh
pengalaman-pengalaman emosionalnya. Emosi dapat berpengaruh terhadap tingkah
laku, terhadap keadaan jasmani, dan pada fungsi-fungsi lainnya.
B.
Saran
1.
Dengan
mengetahui defenisi dan konsep tentang kepribadian dan emosi diharapkan pembaca
dapat menerapkannya di dalam dunia organisasi dan mampu menjadi individu yang berkarakter
dan dapat memahami individu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, and M.
Umar. Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu, 1992.
Ali, Muhammad, and Muhammad
Asrori. Peikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
M. Luddin, Abu Bakar. Psikologi
Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011.
Marliany, Roesleny. Peikologi
Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Sit, Marganti. Perkembangan
Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing, 2010.
Sule, Ernie Tisnawati, and
Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana, 2010.
[1]
Abu Bakar M. Luddin, Psikologi Konseling,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011), hal. 126.
[2] Ibid., 127-128.
[3]
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana 2010), hal. 219.
[4]
Abu Bakar M. Luddin, Psikologi Konseling,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011), hal. 128-129.
[5] Ibid., hal. 129.
[6] Ibid., hal. 130.
[7] Ibid., hal. 131.
[8] Ibid., hal 132.
[9]
Masganti Sit, Perkembangan Pesera Didik,
(Medan: Perdana Publishing, 2010), hal. 50-54.
[10]
Ibid., hal. 54.
[11]
Rosleany Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), hal. 221.
[12]
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi
Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakart: Bumi Aksara, 2011), hal. 62.
[13]
Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1992), hal. 70.
[14]
Masganti Sit, Perkembangan Pesera Didik,
(Medan: Perdana Publishing, 2010), hal. 102.
[15]
Ibid., hal. 103.
[16]
Ibid.
[17]
Ibid., hal. 104.
[18]
Rosleany Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), hal. 224.
[19]
Ibid., hal. 224-225.
[20]
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi
Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakart: Bumi Aksara, 2011), hal. 63.
[21]
Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1992), hal. 73-74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar