Pages - Menu

Rabu, 17 April 2013

Makalah Efek-efek Stres dan Cara Mengatasi Stres


EFEK-EFEK STRES DAN CARA MENGATASI STRES
BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam menjalankan suatu fungsi manajemen dalam organisasi dibutuhkan beberapa sumber yang harus valid ada agar fungsi tersebut dapat dijalankan secara efektif dan efisien. Salah satu yang terpenting adalah sumber daya manusia yang tanpanya fungsi manajemen tersebut tidak akan bisa berjalan. Psikologi manajemen sendiri menjadi penting mengingat betapa urgennya sumber daya manusia untuk mempelajari tingkah laku para pelaku organisasi dalam hal ini didominasi oleh sumber daya manusia dalam menjalankan fungsi organisasi itu sendiri. 

 
Stres sebagaimana judul besar untuk tugas yang dibebankan kepada pemakalah, merupakan suatu bagian penting yang harus diperhatikan di dalam psikologi manajemen dalam rangka mengoptimalkan kinerja para pelaku organisasi dalam menjalankan fungsi manajemen. Menurut Sondang P. Siagaian stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.[1] A. A. Anwar Prabu K. stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.[2] MT. Matteson dalam Amini, stres adalah respon seseorang baik yang berupa emosi, fisik, dan kognitif (konseptual) terhadap situasi yang meminta tuntutan tertentu pada individu.[3] Sementara, Amini sendiri mengemukakan bahwa pengertian stres dapat dilihat dari dua segi, yakni: 1) stress menurut pengertian etimologi adalah; satu keadaan tertekan baik secara pisik maupun psikis, 2) stress menurut pengertian terminologi adalah; suatu keadaan yang ada pada diri seseorang dimana ia mengalami tekanan atau gangguan yang lebih besar dari daya ketahanannya untuk menggangu beban yang ia terima.[4]

Dari berbagai pendapat di atas, pemakalah menarik kesimpulan bahwa stres adalah suatu kondisi yang dialami oleh seseorang dimana ia merasakan sebuah tekanan atau ketegangan yang berasal dari sesuatu yang menyangkut pada dirinya dimana tekanan tersebut pasti mempengaruhi emosi dan jalan pikiran serta akan berdampak pada kontribusi kinerjanya di dalam organisasi.

Kondisi psikologis seseorang sangat berpengaruh terhadap kinerjanya di dalam sebuah organisasi. Termasuk salah satunya stres. Sondang P. Siagian menyatakan bahwa tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja. Hanya saja dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama, kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan “burnout”, suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi, dampaknya terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif. Kedua, pada tingkat tertentu stres itu perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres, karyawan merasa perlu mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.[5]

Menurut pendapat di atas dikemukakan bahwa tidak semua orang mampu menghadapi stres yang diterimanya, dalam arti ada orang yang lebih kuat dan ada orang yang lemah untuk menerima stres. Oleh karenanya, pemakalah dalam hal ini akan memfokuskan pembahasan mengenai dua fokus utama, yakni efek-efek stres dan cara mengatasi stres. Selain sebagai kewajiban tugas kelompok yang dibebankan oleh dosen pembimbing, pembahasan ini juga berusaha memahamkan para pembaca untuk mengetahui efek-efek dari stres dan bagaimana cara-cara mengatasi stres tersebut, baik dalam perspektif individu maupun perspektif organisasi. Semoga makalah ini nantinya dapat menambah wawasan bagi pemakalah dan juga para pembaca mengenai efek-efek stres dan cara mengatasi stres.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Efek-Efek Stres

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stres yang harus diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi dimana karyawan bekerja. Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerjanya.

Berbagai gejala tersebut pada umumnya menampakkan diri pada berbagai perilaku yang tidak “normal” seperti gugup, tegang, selalu cemas, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi. Pengaruh gejala-gejala tersebut dapat terlihat pada kondisi mental tertentu seperti minum-minuman keras atau merokok secara berlebihan, sukar tidur, sikap tidak bersahabat, putus asa, mudah marah, sukar mengendalikan emosi dan bersifat agresif.

Efek Umum Stress
Pada Tubuh
Pada Perasaan
Pada Perilaku
Sakit kepala
Ketegangan atau nyeri otot
Nyeri dada
Kelelahan
Perubahan dalam gairah seks
Gangguan perut
Masalah Tidur

Kecemasan
Gelisah
Kurangnya motivasi atau fokus
Lekas ​​marah
Kesedihan atau depresi

Kurang nafsu makan atau malah makan berlebihan
Kemarahan yang meledak-ledak
Penyalahgunaan obat atau alkoholPenarikan sosial Merokok


B.     Cara Mengatasi Stres

Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat apabila seseorang menghadapi masalah yang bertubi-tubi.[6] Bagian kepegawaian dapat dan harus membantu para karyawan untuk mengatasi stres yang dihadapinya. Berbagai langkah yang dapat diambil meliputi antara lain:
  1. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stres.
  2. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.
  3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya itu.
  4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres.
  5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
  6. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.
  7. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat dielakkan.
  8.  Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat menghadapi stres.
Jelaslah bahwa meskipun stres dapat berperan positif dalam perilaku seseorang dalam pekerjaannya, perlu selalu diwaspadai agar jenis, bentuk dan intensitas stres itu berada pada tingkat yang dapat teratasi, baik oleh karyawan secara mandiri maupun dengan bantuan organisasi, dalam hal ini terutama bagian kepegawaian dan atasan langsung karyawan yang bersangkutan.
Dalam pembahasan cara mengatasi stres, pemakalah menggunakan beberapa pendekatan sesuai sumber yang kami jadikan acuan:

A.    Pendekatan Pribadi dalam Mengelola Stres
Pada dasarnya stres perlu dikelola dan diatasi, paling tidak dalam pikiran orang pernah berusaha untuk membiarkan atau menghindari kondisi, situasi, dan peristiwa yang pernuh dengan tekanan. Tetapi, juga ada orang yang berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasinya secara tepat dan efektif. Untuk pendekatan pribadi ini dapat menggunakan dua strategi, yaitu :
      1. Strategi Psikologis
Strategi psikologis ini menitik beratkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan perubahan perilaku melalui:
a.      Peningkatan Kesadaran Diri
Memahami gejala-gejala munculnya ketegangan secara lebih dini dengan sikap wajar yang dalam bekerja merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran diri dalam memahami stres kerja. Kesadaran diri bertujuan untuk membantu menjernihkan pikiran seseorang agar dapat mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam pekerjaannya.
b.      Pengurangan Ketegangan
Strategi yang digunakan dalam pengurangan ketegangan dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang untuk melakukan “meditasi”, menempatkan posisi tubuh dengan nyaman dan rileks, memejamkan mata dan melepaskan ketegangan otot-otot dengan mendengarkan pernapasan kita secara teratus selama lebih kurang 15 hingga 20 menit. Tujuannya adalah agar dapat menghilangkan perasaan-perasaan yang menegangkan yang ditimbulkan oleh sekumpulan otot-otot yang mengalami ketegangan yang meliputi otot-otot tangan, bagian tangan dari siku ke pergelangan tangan, bagian belakang, leher, wajah, kaki, dan pergelangan kaki.
c.       Konseling atau Psikoterapi
Usaha yang dilakukan dalam konseling dan psikoterapi ini adalah menemukan masalah dan sumber-sumber ketegangan yang dapat menimbulkan stres kerja, menolong mengubah pandangan seseorang terhadap kondisi, situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres kerja, dan mengembangkan berbagai alternatif untuk menentukan strategi yang peling tepat dalam menghadapi stres kerja, menentukan tindakan, dan menilai hasil serta melakukan tindak lanjut.

           2. Strategi Fisiologis
Strategi fisiologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan melatih kesehatan fisik. Ilmu-ilmu medis telah menunjukkan bahwa perubahan fisiologis dan biokimia yang dihasilkan melalui fisik/olahraga berperan positif untuk mengurangi pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik, emosi dan pikiran yang menggelisahkan, mencemaskan, mudah marah, dan depresi. Beberapa jenis latihan fisik di antaranya mengatur makan secara bijaksana, berhenti merokok ataupun olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton, basket, lari atau jalan pagi dan bersepeda.[7]

B.     Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stres Kerja

Dalam setiap menghadapi stres kerja, individu diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian, dapat mengurangi adanya pemborosan, mengurangi absensi kerja, dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi. Untuk dapat mengatasi atau mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu diharapkan mempunyai program-program pengelolaan stres kerja. Selanjutnya para peneliti juga menunjukkan bahwa program-program pengelolaan stres kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres dalam organisasi, yaitu:
1.      Meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik adalah meningkatkan komunikasi yang efektif di antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggungjawab yang jelas di antara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres kerja dalam organiasi.
2.     Sistem penilaian prestasi dan sistem ganjaran yang efektif.
Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi semacam ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia tergantung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Situasi ini terjadi bila hubungan di antara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem penilaian prestasi kerja efektif.
3.      Meningkatkan partisipasi.
Pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan mengurangi stres kerjanya.
4.      Memperkaya tugas.
Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres yang ada dalam diri mereka.
5.      Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan.
Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas.[8]

Mendeteksi penyebab stres  dan berntuk reaksinya, sumber lain menyatakan ada dua pola dalam mengatasi stres yaitu : pola sehat, pola harmonis.

Pola sehat, adalah pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.

Pola harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu  mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan yang penuh. Dengan demikian akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.

Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan tiga strategi, yaitu (1) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (2) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (3) meningkatkan daya tahan pribadi.

Dalam strategi pertama, perlu dilakukan penilaian teradap situasi sumber-sumber stres, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif, memanfaatkan umpan balik dan sebagainya.

Strategi kedua, dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmanisah, emosional, maupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menangis menceritakan masalah kepada orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya.

Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mendapatkan dukungan sosial dari  lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan keterampilan pribadi, berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang teratur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai-nilai  yang lebih realistik.

Di atas semua ini, nilai-nilai agama dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan pondasi yang paling utama, kecil kemungkinannya akan memperoleh dampak negatif  dari stres, akan tetapi sebaliknya ia mampu mengendalikan stres ini secara lebih bermakna. Hidup bahagia adalah hidup yang memiliki keseimbangan antara  banyak stres dan kurang stres.

 Program pengembangan manajemen stres melalui kecerdasan emosi  dilakukan dengan cara, yaitu :

  • Mengelola hubungan anda dan orang lain. Mengembangkan hubungan-hubungan yang tulus dan cerdas secara emosional dengan orang lain. 
  • Mengelola lingkungan. Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat stres anda, pikiran apa yang anda harus lakukan terhadap perasaan anda, gunakan pikiran positif dan luangkan waktu yang tepat agar anda mampu merasa senang dan segar.
  • Mengelola gaya hidup. Ubahlah gaya hidup anda dengan menghilangkan penyebab-penyebab stres, manajemen waktu secara efektif, lakukan olah raga secara fisik yang aman, gunakan waktu istirahat yang cukup tetapi efektif. 
  • Mengelola sikap dan reaksi-reaksi anda. Berusahalah bersikap positif dan pro terhadap kondisi dan situasi apapun dan kendalikan reaksi-reaksi yang memungkinkan menambah stres.[9]

BAB III
SIMPULAN

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stres yang harus diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi dimana karyawan bekerja. Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerjanya.

Perbedaan individu dalam menghadapi luka stres tidak selalu sama tergantung pada kemampuan dirinya dalam mentoleransi stresnya dan tingkat stres yang dialami mereka. Luka stres yang dialami individu mulai  dari tingkat ringan, sedang dan berat. Oleh karena itu dalam mengatasi stresnya terlebih dahulu harus dilakukan pendeteksian penyebab stresnya, kemudian dianalisis kondisi emosional individu yang bersangkutan dan diberikan treatment yang tepat bagi individu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

AnwarPrabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 181-183.
Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 141-142.
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 300.
A. A.  Anwar Prabu Mangkunegara,  Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 157.
Amini, Perilaku Organisasi, (Bandung: Citapustaka Media, 2004), ha


[1] Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 300.
[2] A. A.  Anwar Prabu Mangkunegara,  Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 157.
[3] Amini, Perilaku Organisasi, (Bandung: Citapustaka Media, 2004), hal. 79.
[4] Ibid., hal. 78.
[5] Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 302.
[6] Ibid., hal. 300.
[7] Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 139- 140.
[8] Ibid., hal. 141-142.
[9] AnwarPrabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 181-183.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar