EFEK-EFEK STRES DAN CARA MENGATASI STRES
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam menjalankan suatu fungsi
manajemen dalam organisasi dibutuhkan beberapa sumber yang harus valid ada agar
fungsi tersebut dapat dijalankan secara efektif dan efisien. Salah satu yang
terpenting adalah sumber daya manusia yang tanpanya fungsi manajemen tersebut
tidak akan bisa berjalan. Psikologi manajemen sendiri menjadi penting mengingat
betapa urgennya sumber daya manusia untuk mempelajari tingkah laku para pelaku
organisasi dalam hal ini didominasi oleh sumber daya manusia dalam menjalankan
fungsi organisasi itu sendiri.
Stres sebagaimana judul besar untuk
tugas yang dibebankan kepada pemakalah, merupakan suatu bagian penting yang
harus diperhatikan di dalam psikologi manajemen dalam rangka mengoptimalkan
kinerja para pelaku organisasi dalam menjalankan fungsi manajemen. Menurut
Sondang P. Siagaian stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh
terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.[1] A.
A. Anwar Prabu K. stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan
yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.[2]
MT. Matteson dalam Amini, stres adalah respon seseorang baik yang berupa emosi,
fisik, dan kognitif (konseptual) terhadap situasi yang meminta tuntutan
tertentu pada individu.[3]
Sementara, Amini sendiri mengemukakan bahwa pengertian stres dapat dilihat dari
dua segi, yakni: 1) stress menurut pengertian etimologi adalah; satu keadaan
tertekan baik secara pisik maupun psikis, 2) stress menurut pengertian
terminologi adalah; suatu keadaan yang ada pada diri seseorang dimana ia
mengalami tekanan atau gangguan yang lebih besar dari daya ketahanannya untuk
menggangu beban yang ia terima.[4]
Dari berbagai pendapat di atas,
pemakalah menarik kesimpulan bahwa stres adalah suatu kondisi yang dialami oleh
seseorang dimana ia merasakan sebuah tekanan atau ketegangan yang berasal dari
sesuatu yang menyangkut pada dirinya dimana tekanan tersebut pasti mempengaruhi
emosi dan jalan pikiran serta akan berdampak pada kontribusi kinerjanya di
dalam organisasi.
Kondisi psikologis seseorang sangat
berpengaruh terhadap kinerjanya di dalam sebuah organisasi. Termasuk salah
satunya stres. Sondang P. Siagian menyatakan bahwa tidak dapat disangkal bahwa
stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja. Hanya saja
dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama,
kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang.
Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan
“burnout”, suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena
stres yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi, dampaknya
terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif. Kedua, pada tingkat tertentu
stres itu perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada stres dalam
pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat bahwa
prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres, karyawan
merasa perlu mengerahkan segala kemampuannya untuk berprestasi tinggi dan
dengan demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.[5]
Menurut pendapat di atas dikemukakan
bahwa tidak semua orang mampu menghadapi stres yang diterimanya, dalam arti ada
orang yang lebih kuat dan ada orang yang lemah untuk menerima stres. Oleh
karenanya, pemakalah dalam hal ini akan memfokuskan pembahasan mengenai dua
fokus utama, yakni efek-efek stres dan cara mengatasi stres. Selain sebagai
kewajiban tugas kelompok yang dibebankan oleh dosen pembimbing, pembahasan ini
juga berusaha memahamkan para pembaca untuk mengetahui efek-efek dari stres dan
bagaimana cara-cara mengatasi stres tersebut, baik dalam perspektif individu
maupun perspektif organisasi. Semoga makalah ini nantinya dapat menambah
wawasan bagi pemakalah dan juga para pembaca mengenai efek-efek stres dan cara
mengatasi stres.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Efek-Efek Stres
Salah satu masalah yang pasti akan
dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stres yang harus
diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan
bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi
dimana karyawan bekerja. Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres merupakan
kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi
fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik
dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya karyawan yang
bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif pada gilirannya
berpengaruh pada prestasi kerjanya.
Berbagai gejala tersebut pada umumnya
menampakkan diri pada berbagai perilaku yang tidak “normal” seperti gugup,
tegang, selalu cemas, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi. Pengaruh
gejala-gejala tersebut dapat terlihat pada kondisi mental tertentu seperti
minum-minuman keras atau merokok secara berlebihan, sukar tidur, sikap tidak
bersahabat, putus asa, mudah marah, sukar mengendalikan emosi dan bersifat
agresif.
Efek Umum Stress
Pada Tubuh
|
Pada Perasaan
|
Pada Perilaku
|
Sakit kepala
Ketegangan atau
nyeri otot
Nyeri dada
Kelelahan
Perubahan dalam
gairah seks
Gangguan perut
Masalah Tidur
|
Kecemasan
Gelisah
Kurangnya
motivasi atau fokus
Lekas marah
Kesedihan atau
depresi
|
Kurang nafsu
makan atau
malah makan berlebihan
Kemarahan yang
meledak-ledak
Penyalahgunaan
obat atau
alkoholPenarikan
sosial Merokok
|
B.
Cara Mengatasi Stres
Para ahli mengatakan bahwa stres dapat
timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari
ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain,
apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan
seseorang, ia akan mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat apabila
seseorang menghadapi masalah yang bertubi-tubi.[6] Bagian
kepegawaian dapat dan harus membantu para karyawan untuk mengatasi stres yang
dihadapinya. Berbagai langkah yang dapat diambil meliputi antara lain:
- Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stres.
- Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.
- Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya itu.
- Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres.
- Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
- Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.
- Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat dielakkan.
- Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat menghadapi stres.
Jelaslah bahwa meskipun stres dapat
berperan positif dalam perilaku seseorang dalam pekerjaannya, perlu selalu
diwaspadai agar jenis, bentuk dan intensitas stres itu berada pada tingkat yang
dapat teratasi, baik oleh karyawan secara mandiri maupun dengan bantuan
organisasi, dalam hal ini terutama bagian kepegawaian dan atasan langsung
karyawan yang bersangkutan.
Dalam pembahasan cara mengatasi stres,
pemakalah menggunakan beberapa pendekatan sesuai sumber yang kami jadikan
acuan:
A.
Pendekatan Pribadi dalam Mengelola Stres
Pada dasarnya stres perlu dikelola dan
diatasi, paling tidak dalam pikiran orang pernah berusaha untuk membiarkan atau
menghindari kondisi, situasi, dan peristiwa yang pernuh dengan tekanan. Tetapi,
juga ada orang yang berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasinya secara
tepat dan efektif. Untuk pendekatan pribadi ini dapat menggunakan dua strategi,
yaitu :
1. Strategi Psikologis
Strategi psikologis ini
menitik beratkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan perubahan
perilaku melalui:
a.
Peningkatan Kesadaran Diri
Memahami gejala-gejala
munculnya ketegangan secara lebih dini dengan sikap wajar yang dalam bekerja
merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran diri dalam
memahami stres kerja. Kesadaran diri bertujuan untuk membantu menjernihkan pikiran
seseorang agar dapat mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres
kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam pekerjaannya.
b.
Pengurangan Ketegangan
Strategi yang digunakan
dalam pengurangan ketegangan dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang
tenang untuk melakukan “meditasi”, menempatkan posisi tubuh dengan nyaman dan
rileks, memejamkan mata dan melepaskan ketegangan otot-otot dengan mendengarkan
pernapasan kita secara teratus selama lebih kurang 15 hingga 20 menit.
Tujuannya adalah agar dapat menghilangkan perasaan-perasaan yang menegangkan
yang ditimbulkan oleh sekumpulan otot-otot yang mengalami ketegangan yang
meliputi otot-otot tangan, bagian tangan dari siku ke pergelangan tangan,
bagian belakang, leher, wajah, kaki, dan pergelangan kaki.
c.
Konseling atau Psikoterapi
Usaha yang dilakukan
dalam konseling dan psikoterapi ini adalah menemukan masalah dan sumber-sumber
ketegangan yang dapat menimbulkan stres kerja, menolong mengubah pandangan
seseorang terhadap kondisi, situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres
kerja, dan mengembangkan berbagai alternatif untuk menentukan strategi yang
peling tepat dalam menghadapi stres kerja, menentukan tindakan, dan menilai
hasil serta melakukan tindak lanjut.
2. Strategi Fisiologis
Strategi fisiologis ini
menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan melatih kesehatan
fisik. Ilmu-ilmu medis telah menunjukkan bahwa perubahan fisiologis dan biokimia
yang dihasilkan melalui fisik/olahraga berperan positif untuk mengurangi
pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik, emosi dan
pikiran yang menggelisahkan, mencemaskan, mudah marah, dan depresi. Beberapa
jenis latihan fisik di antaranya mengatur makan secara bijaksana, berhenti
merokok ataupun olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton,
basket, lari atau jalan pagi dan bersepeda.[7]
B.
Pendekatan Organisasi dalam Mengelola Stres Kerja
Dalam setiap menghadapi stres kerja,
individu diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya.
Dengan demikian, dapat mengurangi adanya pemborosan, mengurangi absensi kerja,
dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi. Untuk
dapat mengatasi atau mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu
diharapkan mempunyai program-program pengelolaan stres kerja. Selanjutnya para
peneliti juga menunjukkan bahwa program-program pengelolaan stres kerja dalam
suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk
mengelola stres dalam organisasi, yaitu:
1.
Meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara yang efektif untuk
mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik adalah meningkatkan komunikasi yang
efektif di antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas
dan tanggungjawab yang jelas di antara keduanya. Situasi semacam ini dapat
mengurangi timbulnya stres kerja dalam organiasi.
2. Sistem penilaian prestasi dan sistem ganjaran yang
efektif.
Sistem penilaian prestasi dan ganjaran
yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi
semacam ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika
ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa
ia tergantung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Situasi ini
terjadi bila hubungan di antara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja
dan sistem penilaian prestasi kerja efektif.
3.
Meningkatkan partisipasi.
Pengelola perlu meningkatkan partisipasi
terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam
organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan.
Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada
karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya,
memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan
mengurangi stres kerjanya.
4.
Memperkaya tugas.
Setiap manajer perlu memberikan dan
memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab,
lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan
pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan baik
secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan
motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres
yang ada dalam diri mereka.
5.
Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan
pekerjaan.
Mengembangkan keterampilan, kepribadian
dan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam
organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan
yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan
kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara
kuantitas maupun kualitas.[8]
Mendeteksi penyebab stres dan berntuk reaksinya, sumber lain menyatakan
ada dua pola dalam mengatasi stres yaitu : pola sehat, pola harmonis.
Pola sehat, adalah pola menghadapi stres
yang terbaik, yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga
adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi sehat dan
berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu
dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa
ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup
banyak.
Pola harmonis, adalah pola menghadapi
stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak
menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan
tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi
tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu
kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan yang penuh. Dengan demikian
akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan
reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan
lingkungan.
Untuk menghadapi stres dengan cara sehat
atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres,
dapat dilakukan dengan tiga strategi, yaitu (1) memperkecil dan mengendalikan
sumber-sumber stres, (2) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan
(3) meningkatkan daya tahan pribadi.
Dalam strategi pertama, perlu dilakukan
penilaian teradap situasi sumber-sumber stres, mengembangkan alternatif
tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, mengambil tindakan
yang lebih positif, memanfaatkan umpan balik dan sebagainya.
Strategi kedua, dilakukan dengan
mengendalikan berbagai reaksi baik jasmanisah, emosional, maupun bentuk-bentuk
mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme pertahanan diri dapat
dilakukan dengan berbagai cara misalnya menangis menceritakan masalah kepada
orang lain, humor (melucu), istirahat dan sebagainya.
Sedangkan dalam menghadapi reaksi
emosional, adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungan.
Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih
memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan keterampilan pribadi,
berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang teratur dan
disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai-nilai
yang lebih realistik.
Di atas semua ini, nilai-nilai agama
dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
pondasi yang paling utama, kecil kemungkinannya akan memperoleh dampak
negatif dari stres, akan tetapi
sebaliknya ia mampu mengendalikan stres ini secara lebih bermakna. Hidup
bahagia adalah hidup yang memiliki keseimbangan antara banyak stres dan kurang stres.
Program pengembangan manajemen stres
melalui kecerdasan emosi dilakukan
dengan cara, yaitu :
- Mengelola hubungan anda dan orang lain. Mengembangkan hubungan-hubungan yang tulus dan cerdas secara emosional dengan orang lain.
- Mengelola lingkungan. Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat stres anda, pikiran apa yang anda harus lakukan terhadap perasaan anda, gunakan pikiran positif dan luangkan waktu yang tepat agar anda mampu merasa senang dan segar.
- Mengelola gaya hidup. Ubahlah gaya hidup anda dengan menghilangkan penyebab-penyebab stres, manajemen waktu secara efektif, lakukan olah raga secara fisik yang aman, gunakan waktu istirahat yang cukup tetapi efektif.
- Mengelola sikap dan reaksi-reaksi anda. Berusahalah bersikap positif dan pro terhadap kondisi dan situasi apapun dan kendalikan reaksi-reaksi yang memungkinkan menambah stres.[9]
BAB III
SIMPULAN
Salah satu masalah yang pasti akan
dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stres yang harus
diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan
bantuan pihak lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi
dimana karyawan bekerja. Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres merupakan
kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi
fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik
dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya karyawan yang
bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif pada gilirannya
berpengaruh pada prestasi kerjanya.
Perbedaan individu dalam menghadapi luka
stres tidak selalu sama tergantung pada kemampuan dirinya dalam mentoleransi
stresnya dan tingkat stres yang dialami mereka. Luka stres yang dialami
individu mulai dari tingkat ringan,
sedang dan berat. Oleh karena itu dalam mengatasi stresnya terlebih dahulu
harus dilakukan pendeteksian penyebab stresnya, kemudian dianalisis kondisi
emosional individu yang bersangkutan dan diberikan treatment yang tepat bagi
individu tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
AnwarPrabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 181-183.
Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi,
(Jakarta: Kencana, 2010), hal. 141-142.
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hal. 300.
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 157.
Amini, Perilaku
Organisasi, (Bandung: Citapustaka Media, 2004), ha[1] Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 300.
[5]
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 302.
[6] Ibid., hal. 300.
[7]
Ustarto Wijono, Psikologi Industri &
Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 139- 140.
[8] Ibid., hal. 141-142.
[9]
AnwarPrabu Mangkunegara, Perencanaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal.
181-183.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar