KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAGI GURU
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen
kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai
dari awal masuk (bahkan, sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga
pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam, manajemen kesiswaan memiliki makna
yang relatif sama dengan manajemen kesiswaan dan manajemen kesantrian.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar,
tertib, teratur, serta mampu mencapai tujuan pendidikan sekolah. Tujuan
tersebut meliputi dimensi waktu yang panjang sekali, sehingga manajemen
kesiswaan tidak hanya terbatas pada pengaturan siswa ketika mereka mengikuti
proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga ketika merekan akan keluar untuk
studi lanjutan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ataupun jika mereka
memilih masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, manajemen kesiswaan pendidikan
Islam bila dilihat dari segi tahapan dalam masa studi di sekolah dapat dibagi
meenjadi tiga tahap, yaitu penerimaan siswa baru, proses pembelajaran, dan
persiapan studi lanjut atau bekerja (Mujamil Qomar, 2009:141-142).
Dalam
hal proses pembelajaran, siswa dibantu oleh pengajar dalam mengoptimalkan
segala potensi dalam dirinya. Untuk membantu mengoptimalkan potensi siswa
tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan-keterampilan mengajar yang
harus dimiliki oleh setiap pengajar. Oleh karenanya, seorang guru sangat
penting untuk mengetahui dan menguasai ekterampilan dasar mengajar bagi guru.
Pendidik atau pengajar berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
mempertolongkan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt dan
mampu sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang mandiri
(Syafaruddin dkk., 2012: 53-54).
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAGI
GURU
A.
PENGERTIAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Istilah
mengajar sering digandengkan dengan istilah belajar, atau sebaliknya belajar
selalu digandengkan dengan mengajar, sehingga sudan menjadi suatu kalimat
majemuk “kegiatan belajar-mengajar” (KBM), “proses belajar-mengajar” (PBM), dan
untuk menyebut kedua istilah tersebut, saat ini disatukan menjadi
“pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti
menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan dua unsur, 1) belajar, 2) mengajar.
Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang melibatkan guru, dosen, atau instruktur
dalam mengatur dan mengelola lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas
belajar siswa. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa
merepon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus
pembahasan dalam makalah ini diarahkan pada unsur mengajar, kalau pun ada unsur
belajar yang dibahas semata dimaksudkan untuk lebih mempertegas dan memperjelas
pembahasan mengajar itu sendiri.
Mengajar
memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional)
sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar
diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru,
dosen, atau instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian, inti dari
mengajar adalah proses menyampaikan atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada
unsur menyampaiakan atau transfer dari guru, dosen atau instruktur kepada
siswa. Akan tetapi pengertian transfer atau memindahkan tersebut bukan seperti
orang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Mengajar
yang diartikan sebagai proses menyampaikan, maknanya adalah “menyebarluaskan,
memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa
secara maksimal.
Makna
lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya
menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa, ialah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanam satu pohon mangga, maka kemudian
akan menghasilkan beberapa cabang dan
ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustrasi tersebut
bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap dan keterampilan,
kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.
Dalam
mengajar ada dua komponen pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau
intruktur, yaitu 1) menguasau materi atau bahan ajar yang akan diajarkan, 2)
menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya. Keterampilan dasar
mengajar termasuk ke dalam aspek nomor 2 yaitu cara untuk membelajarkan siswa.
Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap
pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar bukan
sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang
lebih luas seperti, pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan
nilai-nilai. Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan
yang bersifat khusus yang harus dimiliki oleh pengajar agar dapat melaksanakan
tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Dengan demikian
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan
yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh
pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
B.
KETERAMPILAN
DASAR MENGAJAR BAGI GURU
1.
Keterampilan Dasar Menjelaskan
Dalam kaitan dengan kegiatan
belajar mengajar-mengajar, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi
pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistimatis, sehingga dengan
mudah dapat dipahami oleh siswa. Definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan
menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru.
a.
Tujuan kegiatan menjelaskan
1) Membimbing siswa memahami
berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur.
2) Membimbing siswa menjawab
pertanyaan mengapa secara bernalar.
3) Melibatkan siswa untuk berfikir.
4) Mendapatkan balikan mengenal
pemahaman siswa, serta.
5) Mendorong murid menghayati
berbagai proses penalaran.
b.
Komponen keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan
terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut. Komponen merencanakan
penjelasan, yang mencakup:
1) Isi pesan (pokok-pokok
materi) yang dipilih dan disusun secara sistematis di sertai dengan
contoh-contoh, dan
2) Hal-hal yang berkaitan
dengan karakteristik penerima pesan siswa. Ketika merencanakan isi pesan
(pokok-pokok materi), karateristik siswa haruslah dipertimbangkan, sehingga
materi mudah dicerna. Misalnya, penggunaan istilah/bahasa dan tingkat kesukaran
materi haruslah disesuaikan dengan karateritik siswa.
c.
Komponen menyajikan
penjelasan
Komponen
menyajikan penjelasan mencakup hal-hal berikut:
1) Kejelasan yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti, bahasa
yang jelas, berbicara yang lancer, mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan,
berhenti
sejenak untuk melihat respon siswa terhadap penjelasan guru.
2) Penggunaan
contoh dan ilustrasi, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif.
3) Pemberian
tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat
ikhtisar, atau mengemukakan tujuan.
4) Balikan
tentang penjelasan yang disajikan degan melihat mimik siswa atau mengajukan
pertanyaan.
d.
Prinsip penggunaan keterampilan
menjelaskan
Dalam menerapkan keterampilan
menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Penjelasan
dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan
keperluan.
2) Penjelasan
harus relevan dengan tujuan.
3) Materi
yang dijelaskan harus bermakna
4) Penjelasan
yang diberikan sesuai degan kemampuan dan latar belakang siswa.
2.
Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur
yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi
pembelajaran. Bertanya adalah penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan sebagai
stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari siswa terhadap yang ditanyakan. Dengan
bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar seperti: meningkatkan partisipasi
siswa, kemampuan berfikir, membangkitkan rasa ingin tahu, memusatkan perhatian
siswa, dan lain-lain.
Keterampilan ini sangat
diperlukan dan dikuasai oleh seorang guru, karena hampir semua kegiatan
belajar, guru mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan menentukan kualitas
jawaban pertanyaan tersebut dari siswa. Pertanyaan
guru dapat mengaktifkan siswa sehingga terlibat secara optimal dalam
pembelajaran, di samping mengecek pemahaman murid terhadap materi yang dibahas.
Keterlibatan ini akan mampu memotivasi murid untuk belajar karena ia merasa
ikut berperan dalam pembelajaran. Perlu ditekankan, bahwa dalam konteks ini,
yang dimaksud dengan pertanyaan adalah semua pertanyaan guru (tidak terlepas
dari kalimat tanya) yang meminta respon dari siswa, dengan demikian, kalimat
perintah dan kalimat tanya, dalam konteks ini, termasuk ke dalam jenis
pertanyaan.
a.
Keterampilan
Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar yang terdiri dari
komponen-komponen berikut:
1) Pengungkapan pertanyaan secara
jelas dan singkat, memudahkan murid untuk memahaminya. Pemberian acuan, yaitu
informasi yang diberikan sebelum mengajukan pertanyaan. Informasi ini
diperlukan untuk menjawab pertanyaan.
2) Pemusatan perhatian,
kadang-kadang guru perlu memulai pertanyaan dengan cakupan yang luas, kemudian
memusatkan perhatian murid pada satu tugas yang lebih sempit.
3) Penyebaran pertanyaan, yang diajukan
kepada murid, hendaknya ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada murid
tertentu. Setelah memberikan waktu sejenak untuk berpikir, barulah guru
menunjuk secara acak murid lain untuk menanggapi jawaban temannya.
4) Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab
oleh beberapa murid, sehingga semua aktif untuk memikirkan pertanyaan yang
diberikan.
5) Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan, guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada murid untuk berpikir, sebelum menjawab.
6) Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan guru tidak dapat dijawab oleh
murid, guru hendaknya memberikan tuntunan. Tuntunan dapat diberikan dengan
cara:
a)
mengungkapkan pertanyaan
dengan cara lain;
b)
menyederhanakan pertanyaan;
dan
c)
mengulangi penjelasan (acuan) sebelumnya.
b.
Keterampilan Bertanya
Lanjut
Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen-komponen
berikut:
1) Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab
pertanyaan, yaitu dari tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang
tinggi, seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi.
2) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai pertanyaan yang paling
sederhana diikuti dengan yang kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling
kompleks
3) Penggunan pernyaan pelacak dengan berbagai tekhnik seperti:
a)
Klarifikasi, yaitu meminta
penjelasan lebih lanjut atas jawaban siswa.
b)
Meminta siswa memberi alasan
atas jawabannya.
c)
Meminta ketepatan jawaban.
d) Meminta jawaban yang lebih relevan.
e)
Meminta contoh.
f)
Meminta jawaban yang lebih
kompleks.
Dalam
menerap keterampilan bertanya, guru perlu menghindari kebiasaan sebagai
berikut:
a.
mengulangi pertanyaan
sendiri atau pertanyaan siswa.
b.
menjawab pertanyaan sendiri.
c.
menunjuk dulu sebelum
bertanya.
d.
mengajukan pertanyaan yang
mengundang jawaban serempak.
e.
Mengajukan pertanyaan ganda.
Agar bertanya dapat meningkatkan
aktivitas belajar, maka dalam menyampaikan pertanyaan antara lain
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: antusiasme dan kehangatan, pemberian
waktu secukupnya, pola lalulintas pertanyaan, menghindari pertanyaan ganda,
pertanyaan secara berjenjang, dan menggunakan pertanayaan pelacak.
3.
Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan
penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan
penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan
dalam bentuk:
1) Verbal, yaitu berupa kata-kata,
kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaanmu”.
2) Nonverbal, yaitu berupa:
a) gerak mendekati,
b) mimik dan gerakan badan,
c) sentuhan,
d) kegiatan yang menyenangkan, serta
e) token (symbol atau benda kecil
lain).
Dalam memberikan
penguatan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1) Penguatan harus diberikan dengan
hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut.
2) Penguatan yang diberikan harus
bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan.
3) Hindarkan respon negative
terhadap jawaban peserta.
4) Peserta yang diberikan penguatan
harus jelas (sebutkan namanya, tujukan pandangan kepadanya).
5) Penguatan dapat juga diberikan
kepada kelompok peserta tertentu.
6) Agar menjadi lebih efektif,
penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik .
7) Jenis penguatan yang diberikan
hendaknya bervariasi.
4.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi
stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi. Melalui variasi ini
dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak
membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh
perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Kehidupan
akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Dalam kegiatan belajar
mengajar ada perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi para siswa, serta mengarungi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam
kegiatan belajar-mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian.
1) Variasi dalam gaya mengajar, yang
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
a) Variasi suara: rendah, tinggi,
besar, kecil,
b) Memusatkan perhatian
c) Membuat kesenyapan sejenak
d) Mengadakan kontak pandang
e) Variasi gerakan badan dan mimik,
dan
f) Mengubah posisi, misalnya dari
depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
2) Variasi dalam penggunaan dalam
media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
a) Variasi alat dan bahan yang bisa
dilihat.
b) Variasi alat dan bahan yang dapat
didengar, serta
c) Variasi alat dan bahan yang dapat
diraba dan dimanipulasi.
3) Variasi dalam pola interaksi dan
kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk:
klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi
kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan, atau demonstrasi. Variasi yang dilakukan guru hendaknya sesuai dengan
kondisi kelas, lancar, dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran
yang sedang berlangsung Tugasnya, setiap variasi harus mempunyai tujuan/sasaran
yang jelas, dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi.
5.
Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas
adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru
perlu menguasai keterampilan ini agar dapat mendorong siswa mengembangkan
tanggungjawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan
tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung, menyadari kebutuhan siswa
serta, memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.
1)
Komponen
Keterampilan
a) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Menunjukkan sikap tanggap
dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pertanyaan atau
memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
2.
Membagi perhatian secara
visual dan verbal.
3. Memusatkan perhatian
kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.
4.
Memberi petunjuk-petunjuk
yang jelas.
5. Menegur secara bijaksana,
yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau ocehan, serta
membuat aturan.
6.
Memberikan penguatan bila
perlu.
b) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon
negative siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini guru dapat
menggunakan 3 jenis strategi yaitu: modifikasi tingkah laku, pengelolaan
(proses) kelompok, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan
masalah.
Dalam
menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat 6 prinsip berikut.
1) Kehangatan dan keantusiasan
dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
2)
Menggunakan kata-kata atau
tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir.
3)
Menggunakan berbagai variasi
yang dapat menghilangkan kebosanan
4)
Keluwesan guru dalam
pelaksanaan tugas
5)
Penekanan pada hal-hal yang
bersifat positif
6)
Penanaman disiplin diri
sendiri
Selanjutnya,
dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut.
1)
Campur tangan yang
berlebihan.
2)
Kesenyapan/penghentian suatu
pembicaraan/kegiatan karena ketidak siapan guru.
3)
Ketidak siapan memulai dan
mengakhiri pelajaran.
4)
Penyimpangan, terutama yang
berkaitan dengan disiplin diri.
5)
Bertele-tele.
6)
Pengulangan penjelasan yang
tidak diperlukan.
6.
Keterampilan Membuka dan Menutup
Pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh
perhatian pada diri siswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru/ untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran adalah untuk:
1) membangkitkan motivasi dan
perhatian siswa,
2) membuat siswa memahami batas
tugasnya,
3) membantu siswa memahami hubungan
berbagai materi yang disajikan, dan
4) membantu mahasiswa mengetahui
tingkat berhasilnya.
Komponen-komponen
keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut.
1)
Membuka pelajaran, mencakup
hal-hal berikut.
a) Menarik perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti menciptakan
satu kejadian yang menarik.
b) Menimbulkan motivasi dengan:
1.
kehangatan dan keantusiasan,
2.
menimbulkan rasa ingin tahu,
3.
mengemukakan ide yang
bertentangan, dan
4.
memperhatikan minat siswa.
c) Memberikan acuan dengan cara:
1.
mengemukakan tujuan dan
batas-batas tugas,
2.
menyarankan langka-langka
yang akan dilakukan,
3.
mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas, dan
4.
mengajukan pertanyaan.
d) Membuat kaitan, dengan cara:
1.
mengajukan pertanyaan atau
persepsi, atau
2.
mengkaji ulang pelajaran
yang lalu.
2)
Menutup pelajaran, mencakup
hal-hal berikut:
a) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan,
b) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa, dengan meminta mereka:
1.
mendemostrasikan
keterampilan,
2.
menerapkan ide baru pada
situasi lain,
3.
mengekspresikan pendapat
sendiri,
4.
memberikan soal-soal
tertulis.
c) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan
rumah,merancang sesuatu, atau bekunjung kesuatu tempat.
Keterampilan
membuka pelajaran akan merupakan awal keberhasilan seorang guru karena kiat
membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan tingkat
pemantapan pembelajaran yang dilakukan. Tidak semua keterampilan yang
disebutkan di atas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran.
Guru dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi,
siswa, serta kondisi kelas. Perlu tekankan bahwa kegiatan
membuka dan menutup pelajaran tidak saja dilakukan pada awal dan akhir
kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan
akhir setiap penggal kegiatan, dengan catatan bahwa: kegiatan ini harus bemakna
dan berkesinambungan.
7.
Keterampilan Menggunakan Isyarat
Pembelajaran pada dasarnya adalah
proses komunikasi, dalam komunikasi terdapat beberapa jenis atau bentuk
komunikasi yaitu: lisan, tulisan dan isyarat. Fokus keterampilan menggunakan
isyarat, merupakan penerapan dari bentuk atau jenis komunikasi selain lisan dan
tulisan. Tujuan dari penggunaan bahasa isyarat ini terutama adalah untuk
memusatkan perhatian dan motivasi belajar siswa. Untuk memelihara perhatian dan
motivasi belajar siswa, dalam kondisi tertentu kadang-kadang tidak bisa dengan
cara lisan atau tulisan. Oleh karena itu perlu keterampilan lain, yaitu melalui
keterampilan menggunakan bahasa isyarat.
8.
Keterampilan Memberikan Ilustrasi/Contoh
Tidak
semua materi atau bahan ajar yang disajikan kepada siswa, baik melalui
penjelasan lisan, melalui bahasa tulisan atau isyarat dapat dengan cepat mudah
diapahami dan dikuasai oleh siswa. Dengan demikian untuk mempermudah siswa
menangkap, memahami dan menguasai materi ajar yang diberikan perlu bantuan atau
menggunakan contoh-contoh atau ilustrasi yang dapat memperjelas terhadap bahan
ajar atau penjelasan yang disampaikan. Penggunaan ilustrasi atau contoh dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan tingkat
pengalaman siswa itu sendiri. Contoh dan ilustrasi yang diberikan selalu
diorientasikan untuk menjembatani siswa dalam memahami terhadap materi yang
sedang dipelajari, atau tercapainya kompetensi belajar.
9.
Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi kelompok kecil merupakan
salah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar yang penggunaannya cukup sering
diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah:
1) Melibatkan 3-9 orang peserta,
2) Berlangsung dalam interaksi tatap
muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan
anggota lainnya,
3) Mempunyai tujuan yang dicapai
dengan kerja sama antara anggota lainnya,
4) Berlangsung menurut proses yang
sistematis.
Diskusi
kelompok kecil memungkinkan siswa:
1) Berbagi informasi dan pengalaman
dalam memecahkan masalah,
2) Meningkatkan pemahaman atas
masalah penting,
3) Meningkatkan keterlibatan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan,
4) Mengembangkan kemampuan berfikir
dan berkomunikasi, serta
5) Membina kerja sama yang sehat,
kelompok yang kohesif, dan bertanggungjawab.
Komponen
keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil adalah
sebagai berikut.
1) Memusatkan perhatian, yang dapat
dilakukan dengan cara:
a) Merumuskan tujuan diskusi secara
jelas
b) Merumuskan kembali masalah, jika
terjadi penyimpangan,
c) Menandai hal-hal yang tidak
relevan jika terjadi penyimpangan, serta
d) Merangkum hasil pembicaraan pada
saat-saat tertentu.
2) Memperbesar masalah atau urutan
pendapat, dengan cara:
a) Menguraikan kembali atau
merangkum urutan pendapat peserta,
b) Mengajukan pertanyaan pada
anggota kelompok tentang pendapat anggota lain, atau
c) Menguraikan gagasan anggota
kelompok dengan tambahan informasi.
3) Menganalisis pandangan siswa,
dengan cara:
a) Meneliti apakah alasan yang
dikemukakan punya dasar yang kuat, dan
b) Memperjelas hal-hal yang
disepakati dan yang tidak disepakati.
4) Meningkatkan urusan siswa, dengan
cara:
a) Mengajukan pertanyaan kunci yang
menentang mereka untuk berpikir,
b) Memberi contoh pada saat yang
tepat,
c) Menghangatkan suasana dengan
mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat,
d) Memberi waktu untuk berpikir, dan
e) Mendengarkan dengan penuh perhatian
5) Menyebarkan kesempatan
berpartipasi, dengan cara:
a) Memancing pendapat peserta yang
enggan berpartisipasi
b) Memberikan kesempatan pertama
pada peserta yang enggan berpatisipasi,
c) Mencegah secara bijaksana peserta
yang suka memonopoli pembicaraan,
d) Mendorong siswa untuk
mengomentari pendapat temanya, serta
e) Meminta pendapat siswa jika
terjadi jalan buntu.
6) Menutup diskusi yang dapat
dilakukan dengan cara:
a) Merangkum hasil diskusi,
b) Memberikan gambaran tindak
lanjut, atau
c) Mengajak para siswa menilai proses
diskusi yang telah berlangsung.
Dalam
pelaksanaan diskisi, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1) Diskusi hendaknya berlangsung
dalam iklim terbuka,
2) Diskusi yang efektif selalu
didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup:
a) Topik yang sesuai
b) Persiapan/pemberian informasi
pendahuluan,
c) Menyiapkan diri sebagai pemimpin
diskusi,
d) Pembentukan kelompok diskusi,
serta
e) Pengaturan tempat duduk yang
memungkinkan semua anggota kelompok bertatap muka.
10.
Mengajar Kelompok Kecil
Mengajar kelompok kecil dan
individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang
guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang
masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara individual.
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual memungkinkan
guru mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efesien serta memainkan
perannya sebagai:
1) Organisator kegiatan
belajar-mengajar,
2) Sumber informasi bagi siswa,
3) Pendorong bagi siswa untuk
belajar,
4) Penyedia materi dan kesempatan
belajar bagi siswa,
5) Pendiagnosa dan pemberi bantuan
kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya, serta
6) Peserta kegiatan yang punya hak
dan kewajiban seperti peserta lainnya.
Pelajaran
kelompok kecil dan individual masing-masing memerlukan keterampilan yang
berkaitan dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Ada 4 kelompok
keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu sebagai
berikut.
1) Keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara:
a) Kehangatan dan kepekaan terhadap
kebutuhan siswa,
b) Mendengarkan secara simpatik
gagasan yang dikemukakan siswa,
c) Memberikan respon positif
terhadap gagasan siswa,
d) Membangun hubungan saling
mempercayai,
e) Menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa, tanpa kecenderungan mendominasi,
f) Menerima perasaan siswa dengan
penuh perhatian dan keterbukaan, serta
g) Mengendalikan situasi agar siswa
merasa aman.
2)
Keterampilan
mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara:
a) Memberi orientasi umum,
b) Memuarisasikan kegiatan,
c) Membentuk kelompok yang tepat,
d) Mengkoordinasikan kegiatan,
e) Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas, serta
f) Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau
kesepakatan.
g) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang dapat
ditampilkan dalam bentuk:
1.
Memberi penguatan yang sesuai,
2. Mengembangkan supervisi proses awal yang
mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa pada awal kegiatan,
3.
Mengadakan supervisi proses lanjut, yang
berupa bantuan yang diberikan secara selektif, berupa:
(a). pelajaran
tambahan, bila perlu,
(b). melibatkan
diri sebagai peserta diskusi,
(c). memimpin
diskusi, jika perlu, dan
(d). bertindak
sebagai katalisator,
4. Mengadakan
supervisi pemanduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorongan agar
mereka siap untuk mengikuti kegiatan akhir.
5. Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, yang meliputi hal-hal
berikut:
(a). Menetapkan
tujuan pembelajaran.
(b). Merencanakan
kegiatan belajar.
(c). Berperan
sebagai penasehat.
(d). Membantu
mahasiswa menilai kemajuan sendiri.
Prinsip penggunaan keterampilan diskusi kelompok kecil adalah sebagai
berikut.
1) Variasi
pengorganisasian kelas besar, kelompok, individual disesuaikan dengan tujuan
yang dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, waktu, serta kemampuan
dosen.
2) Tidak
semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan
indifidual. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
3) Pengajaran
kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya. Guru perlu
mengenal siswa secara individual agar dapat mengatur kondisi belajar dengan
tepat.
4) Dalam
kegiatan individual, siswa dapat belajar secara bebas dengan bahan yang
disiapkan.
BAB
III
SIMPULAN
Keterampilan
dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus yang
harus dimiliki oleh pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan profesional. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar
berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan
melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh pengajar dalam melaksanakan
tugas mengajarnya.
Terdapat
10 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan
kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Keterampilan bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi
7. Mengelola kelas dan
8. Mengajar kelompok kecil
9. Memberikan contoh/ilustrasi
10. Melakukan
isyarat.
DAFTAR
PUSTAKA
Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2009.
Syafaruddin, dkk., Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar