Pages - Menu

Sabtu, 13 April 2013

Keterampilan Dasar Mengajar Bagi Guru


 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAGI GURU

BAB I
PENDAHULUAN

Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan, sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam, manajemen kesiswaan memiliki makna yang relatif sama dengan manajemen kesiswaan dan manajemen kesantrian. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mampu mencapai tujuan pendidikan sekolah. Tujuan tersebut meliputi dimensi waktu yang panjang sekali, sehingga manajemen kesiswaan tidak hanya terbatas pada pengaturan siswa ketika mereka mengikuti proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga ketika merekan akan keluar untuk studi lanjutan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ataupun jika mereka memilih masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, manajemen kesiswaan pendidikan Islam bila dilihat dari segi tahapan dalam masa studi di sekolah dapat dibagi meenjadi tiga tahap, yaitu penerimaan siswa baru, proses pembelajaran, dan persiapan studi lanjut atau bekerja (Mujamil Qomar, 2009:141-142).

Dalam hal proses pembelajaran, siswa dibantu oleh pengajar dalam mengoptimalkan segala potensi dalam dirinya. Untuk membantu mengoptimalkan potensi siswa tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan-keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh setiap pengajar. Oleh karenanya, seorang guru sangat penting untuk mengetahui dan menguasai ekterampilan dasar mengajar bagi guru. Pendidik atau pengajar berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab mempertolongkan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt dan mampu sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Syafaruddin dkk., 2012: 53-54).

BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAGI GURU

A.    PENGERTIAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Istilah mengajar sering digandengkan dengan istilah belajar, atau sebaliknya belajar selalu digandengkan dengan mengajar, sehingga sudan menjadi suatu kalimat majemuk “kegiatan belajar-mengajar” (KBM), “proses belajar-mengajar” (PBM), dan untuk menyebut kedua istilah tersebut, saat ini disatukan menjadi “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan dua unsur, 1) belajar, 2) mengajar. Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang melibatkan guru, dosen, atau instruktur dalam mengatur dan mengelola lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa merepon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam makalah ini diarahkan pada unsur mengajar, kalau pun ada unsur belajar yang dibahas semata dimaksudkan untuk lebih mempertegas dan memperjelas pembahasan mengajar itu sendiri.

Mengajar memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru, dosen, atau instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur menyampaiakan atau transfer dari guru, dosen atau instruktur kepada siswa. Akan tetapi pengertian transfer atau memindahkan tersebut bukan seperti orang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Mengajar yang diartikan sebagai proses menyampaikan, maknanya adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.

Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa, ialah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanam satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang  dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustrasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap dan keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.

Dalam mengajar ada dua komponen pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau intruktur, yaitu 1) menguasau materi atau bahan ajar yang akan diajarkan, 2) menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya. Keterampilan dasar mengajar termasuk ke dalam aspek nomor 2 yaitu cara untuk membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti, pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai. Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus yang harus dimiliki oleh pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

B.     KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BAGI GURU

1.         Keterampilan Dasar Menjelaskan
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar-mengajar, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistimatis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru.
a.      Tujuan kegiatan menjelaskan
1)      Membimbing siswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur.
2)      Membimbing siswa menjawab pertanyaan mengapa secara bernalar.
3)      Melibatkan siswa untuk berfikir.
4)      Mendapatkan balikan mengenal pemahaman siswa, serta.
5)      Mendorong murid menghayati berbagai proses penalaran.
b.      Komponen keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut. Komponen merencanakan penjelasan, yang mencakup:
1)    Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara sistematis di sertai dengan contoh-contoh, dan
2)    Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan siswa. Ketika merencanakan isi pesan (pokok-pokok materi), karateristik siswa haruslah dipertimbangkan, sehingga materi mudah dicerna. Misalnya, penggunaan istilah/bahasa dan tingkat kesukaran materi haruslah disesuaikan dengan karateritik siswa.
c.       Komponen menyajikan penjelasan
Komponen menyajikan penjelasan mencakup hal-hal berikut:
1)   Kejelasan yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti, bahasa yang jelas, berbicara yang lancer, mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan, berhenti sejenak untuk melihat respon siswa terhadap penjelasan guru.
2)      Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif.
3)  Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtisar, atau mengemukakan tujuan.
4)   Balikan tentang penjelasan yang disajikan degan melihat mimik siswa atau mengajukan pertanyaan.
d.      Prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan
Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1)  Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan  keperluan.
2)      Penjelasan harus relevan dengan tujuan.
3)      Materi yang dijelaskan harus bermakna
4)      Penjelasan yang diberikan sesuai degan kemampuan dan latar belakang siswa.

2.         Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Bertanya adalah penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon)  dari siswa terhadap yang ditanyakan. Dengan bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar seperti: meningkatkan partisipasi siswa, kemampuan berfikir, membangkitkan rasa ingin tahu, memusatkan perhatian siswa, dan lain-lain.
Keterampilan ini sangat diperlukan dan dikuasai oleh seorang guru, karena hampir semua kegiatan belajar, guru mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan menentukan kualitas jawaban pertanyaan tersebut dari siswa.  Pertanyaan guru dapat mengaktifkan siswa sehingga terlibat secara optimal dalam pembelajaran, di samping mengecek pemahaman murid terhadap materi yang dibahas. Keterlibatan ini akan mampu memotivasi murid untuk belajar karena ia merasa ikut berperan dalam pembelajaran. Perlu ditekankan, bahwa dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pertanyaan adalah semua pertanyaan guru (tidak terlepas dari kalimat tanya) yang meminta respon dari siswa, dengan demikian, kalimat perintah dan kalimat tanya, dalam konteks ini, termasuk ke dalam jenis pertanyaan.
a.      Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar yang terdiri dari komponen-komponen berikut:
1)   Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, memudahkan murid untuk memahaminya. Pemberian acuan, yaitu informasi yang diberikan sebelum mengajukan pertanyaan. Informasi ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan.
2)   Pemusatan perhatian, kadang-kadang guru perlu memulai pertanyaan dengan cakupan yang luas, kemudian memusatkan perhatian murid pada satu tugas yang lebih sempit.
3)    Penyebaran pertanyaan, yang diajukan kepada murid, hendaknya ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada murid tertentu. Setelah memberikan waktu sejenak untuk berpikir, barulah guru menunjuk secara acak murid lain untuk menanggapi jawaban temannya.
4)  Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh beberapa murid, sehingga semua aktif untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan.
5)    Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada murid untuk berpikir, sebelum menjawab.
6) Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan guru tidak dapat dijawab oleh murid, guru hendaknya memberikan tuntunan. Tuntunan dapat diberikan dengan cara:
a)      mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain;
b)      menyederhanakan pertanyaan; dan
c)      mengulangi penjelasan (acuan) sebelumnya.

b.      Keterampilan Bertanya Lanjut
Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen-komponen berikut:
1)   Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi, seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
2)  Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks
3)      Penggunan pernyaan pelacak dengan berbagai tekhnik seperti:
a)      Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban siswa.
b)      Meminta siswa memberi alasan atas jawabannya.
c)      Meminta ketepatan jawaban.
d)     Meminta jawaban yang lebih relevan.
e)      Meminta contoh.
f)       Meminta jawaban yang lebih kompleks.

Dalam menerap keterampilan bertanya, guru perlu menghindari kebiasaan sebagai berikut:
a.       mengulangi pertanyaan sendiri atau pertanyaan siswa.
b.      menjawab pertanyaan sendiri.
c.       menunjuk dulu sebelum bertanya.
d.      mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak.
e.       Mengajukan pertanyaan ganda.

Agar bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar, maka dalam menyampaikan pertanyaan antara lain mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: antusiasme dan kehangatan, pemberian waktu secukupnya, pola lalulintas pertanyaan, menghindari pertanyaan ganda, pertanyaan secara berjenjang, dan menggunakan pertanayaan pelacak.
3.        Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk:
1)      Verbal, yaitu berupa kata-kata, kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaanmu”.
2)      Nonverbal, yaitu berupa:
a)      gerak mendekati,
b)      mimik dan gerakan badan,
c)      sentuhan,
d)     kegiatan yang menyenangkan, serta
e)      token (symbol atau benda kecil lain).
Dalam memberikan penguatan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1) Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut.
2)      Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan.
3)      Hindarkan respon negative terhadap jawaban peserta.
4)     Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, tujukan pandangan kepadanya).
5)      Penguatan dapat juga diberikan kepada kelompok peserta tertentu.
6)      Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik .
7)      Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
4.        Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi. Melalui variasi ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Dalam kegiatan belajar mengajar ada perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa, serta mengarungi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian.
1)      Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
a)      Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil,
b)      Memusatkan perhatian
c)      Membuat kesenyapan sejenak
d)     Mengadakan kontak pandang
e)      Variasi gerakan badan dan mimik, dan
f)       Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
2)      Variasi dalam penggunaan dalam media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
a)      Variasi alat dan bahan yang bisa dilihat.
b)      Variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
c)      Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.
3)      Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi. Variasi yang dilakukan guru hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancar, dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang berlangsung Tugasnya, setiap variasi harus mempunyai tujuan/sasaran yang jelas, dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi.
5.        Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung, menyadari kebutuhan siswa serta, memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.
1)      Komponen Keterampilan
a)      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.  Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pertanyaan atau memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
2.      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
3. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung   jawab siswa.
4.      Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
5.   Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
6.      Memberikan penguatan bila perlu.
b)      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negative siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menggunakan 3 jenis strategi yaitu: modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses) kelompok, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah. 

Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat 6 prinsip berikut.
1) Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
2)      Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir.
3)      Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan
4)      Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas
5)      Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif
6)      Penanaman disiplin diri sendiri 

Selanjutnya, dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut.
1)      Campur tangan yang berlebihan.
2)      Kesenyapan/penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidak siapan guru.
3)      Ketidak siapan memulai dan mengakhiri pelajaran.
4)      Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
5)      Bertele-tele.
6)      Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan. 

6.        Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri siswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/ untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah untuk:
1)      membangkitkan motivasi dan perhatian siswa,
2)      membuat siswa memahami batas tugasnya,
3)      membantu siswa memahami hubungan berbagai materi yang disajikan, dan
4)      membantu mahasiswa mengetahui tingkat berhasilnya.
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut.
1)      Membuka pelajaran, mencakup hal-hal berikut.
a)      Menarik perhatian siswa dengan berbagai cara, seperti menciptakan satu kejadian yang menarik.
b)      Menimbulkan motivasi dengan:
1.      kehangatan dan keantusiasan,
2.      menimbulkan rasa ingin tahu,
3.      mengemukakan ide yang bertentangan, dan
4.      memperhatikan minat siswa.
c)      Memberikan acuan dengan cara:
1.      mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
2.      menyarankan langka-langka yang akan dilakukan,
3.      mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
4.      mengajukan pertanyaan.
d)     Membuat kaitan, dengan cara:
1.      mengajukan pertanyaan atau persepsi, atau
2.      mengkaji ulang pelajaran yang lalu. 

2)      Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut:
a)      Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan,
b)      Mengadakan evaluasi penguasaan siswa, dengan meminta mereka:
1.      mendemostrasikan keterampilan,
2.      menerapkan ide baru pada situasi lain,
3.      mengekspresikan pendapat sendiri,
4.      memberikan soal-soal tertulis.
c)      Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah,merancang sesuatu, atau bekunjung kesuatu tempat. 

Keterampilan membuka pelajaran akan merupakan awal keberhasilan seorang guru karena kiat membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi tidaknya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan tingkat pemantapan pembelajaran yang dilakukan. Tidak semua keterampilan yang disebutkan di atas harus ditampilkan pada setiap membuka dan menutup pelajaran. Guru dapat memilih cara/keterampilan yang paling sesuai dengan tujuan, materi, siswa, serta kondisi kelas. Perlu tekankan bahwa kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak saja dilakukan pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir kegiatan, tetapi juga pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan, dengan catatan bahwa: kegiatan ini harus bemakna dan berkesinambungan.

7.        Keterampilan Menggunakan Isyarat
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi, dalam komunikasi terdapat beberapa jenis atau bentuk komunikasi yaitu: lisan, tulisan dan isyarat. Fokus keterampilan menggunakan isyarat, merupakan penerapan dari bentuk atau jenis komunikasi selain lisan dan tulisan. Tujuan dari penggunaan bahasa isyarat ini terutama adalah untuk memusatkan perhatian dan motivasi belajar siswa. Untuk memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa, dalam kondisi tertentu kadang-kadang tidak bisa dengan cara lisan atau tulisan. Oleh karena itu perlu keterampilan lain, yaitu melalui keterampilan menggunakan bahasa isyarat.
8.        Keterampilan Memberikan Ilustrasi/Contoh
Tidak semua materi atau bahan ajar yang disajikan kepada siswa, baik melalui penjelasan lisan, melalui bahasa tulisan atau isyarat dapat dengan cepat mudah diapahami dan dikuasai oleh siswa. Dengan demikian untuk mempermudah siswa menangkap, memahami dan menguasai materi ajar yang diberikan perlu bantuan atau menggunakan contoh-contoh atau ilustrasi yang dapat memperjelas terhadap bahan ajar atau penjelasan yang disampaikan. Penggunaan ilustrasi atau contoh dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan tingkat pengalaman siswa itu sendiri. Contoh dan ilustrasi yang diberikan selalu diorientasikan untuk menjembatani siswa dalam memahami terhadap materi yang sedang dipelajari, atau tercapainya kompetensi belajar.
9.        Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah:
1)      Melibatkan 3-9 orang peserta,
2)      Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya,
3)      Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antara anggota lainnya,
4)      Berlangsung menurut proses yang sistematis.
Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa:
1)      Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah,
2)      Meningkatkan pemahaman atas masalah penting,
3)      Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
4)      Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, serta
5)      Membina kerja sama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggungjawab.
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut.
1)      Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara:
a)      Merumuskan tujuan diskusi secara jelas
b)      Merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan,
c)      Menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan, serta
d)     Merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
2)      Memperbesar masalah atau urutan pendapat, dengan cara:
a)      Menguraikan kembali atau merangkum urutan pendapat peserta,
b)      Mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain, atau
c)      Menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
3)      Menganalisis pandangan siswa, dengan cara:
a)      Meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat, dan
b)      Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4)      Meningkatkan urusan siswa, dengan cara:
a)      Mengajukan pertanyaan kunci yang menentang mereka untuk berpikir,
b)      Memberi contoh pada saat yang tepat,
c) Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat,
d)     Memberi waktu untuk berpikir, dan
e)      Mendengarkan dengan penuh perhatian
5)      Menyebarkan kesempatan berpartipasi, dengan cara:
a)      Memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi
b)      Memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpatisipasi,
c)      Mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan,
d)     Mendorong siswa untuk mengomentari pendapat temanya, serta
e)      Meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.
6)      Menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara:
a)      Merangkum hasil diskusi,
b)      Memberikan gambaran tindak lanjut, atau
c)      Mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Dalam pelaksanaan diskisi, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
1)      Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka,
2)      Diskusi yang efektif selalu didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup:
a)      Topik yang sesuai
b)      Persiapan/pemberian informasi pendahuluan,
c)      Menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi,
d)     Pembentukan kelompok diskusi, serta
e)      Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua anggota kelompok bertatap muka.
10.    Mengajar Kelompok Kecil
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara individual. Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual memungkinkan guru mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efesien serta memainkan perannya sebagai:
1)      Organisator kegiatan belajar-mengajar,
2)      Sumber informasi bagi siswa,
3)      Pendorong bagi siswa untuk belajar,
4)      Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa,
5)      Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya, serta
6)      Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.
Pelajaran kelompok kecil dan individual masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Ada 4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut.
1)      Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara:
a)      Kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa,
b)      Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa,
c)      Memberikan respon positif terhadap gagasan siswa,
d)     Membangun hubungan saling mempercayai,
e)      Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa, tanpa kecenderungan mendominasi,
f)       Menerima perasaan siswa dengan penuh perhatian dan keterbukaan, serta
g)      Mengendalikan situasi agar siswa merasa aman.
2)      Keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara:
a)      Memberi orientasi umum,
b)      Memuarisasikan kegiatan,
c)      Membentuk kelompok yang tepat,
d)     Mengkoordinasikan kegiatan,
e)      Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas, serta
f)       Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
g)      Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang dapat ditampilkan dalam bentuk:
1.      Memberi penguatan yang sesuai,
2.    Mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa pada awal kegiatan,
3.      Mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, berupa:
(a).  pelajaran tambahan, bila perlu,
(b). melibatkan diri sebagai peserta diskusi,
(c).  memimpin diskusi, jika perlu, dan
(d). bertindak sebagai katalisator,
4.      Mengadakan supervisi pemanduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/perorongan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan akhir.
5.      Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, yang meliputi hal-hal berikut:
(a).  Menetapkan tujuan pembelajaran.
(b). Merencanakan kegiatan belajar.
(c).  Berperan sebagai penasehat.
(d). Membantu mahasiswa menilai kemajuan sendiri. 

Prinsip penggunaan keterampilan diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut.
1) Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, individual disesuaikan dengan tujuan yang dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, waktu, serta kemampuan dosen.
2)   Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan indifidual. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
3)  Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa     rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya. Guru perlu mengenal siswa secara individual agar dapat mengatur kondisi belajar dengan tepat.
4)      Dalam kegiatan individual, siswa dapat belajar secara bebas dengan bahan yang disiapkan.

BAB III
SIMPULAN

Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus yang harus dimiliki oleh pengajar agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

Terdapat 10 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar yaitu:
1.      Keterampilan bertanya
2.      Memberi penguatan
3.      Mengadakan variasi
4.      Menjelaskan
5.      Membuka menutup pelajaran
6.      Membimbing diskusi
7.      Mengelola kelas dan
8.      Mengajar kelompok kecil
9.      Memberikan contoh/ilustrasi
10.  Melakukan isyarat.


DAFTAR PUSTAKA

Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2009.
Syafaruddin, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar