MAKALAH TEKNIK-TENIK SUPERVISI PERSEORANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Melaksanakan
kegiatan supervisi pendidikan dalam rangka mengembangkan serta memperbaiki
aspek-aspek pendidikan baik yang bersifat akdemik maupun administratif
merupakan tugas seorang supervisor. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto
mengemukakan secara umum tujuan dari supervisi pendidikan adalah
memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan
belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan,
yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.[1]
Dalam
menjalankan tugasnya, seorang supervisor akan menghadapi berbagai situasi atau
kondisi dari orang yang disupervisi maupun lingkungan. Sehingga, seorang
supervisor harus memiliki beberapa cara atau metode dalam melakukan pembinaan
terhadap unsur-unsur pendidikan sebagai objek dari supervisi itu sendiri.
Suharsimi
Arikunto mengemukakan bahwa secara garis besar cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.[2] Di
dalam pembahasan makalah ini, akan difokuskan pada penjabaran dari teknik
supervisi perseorangan sebagaimana yang telah dibebankan kepada pemakalah
sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Supervisi Pendidikan. Makalah ini,
selain sebagai kewajiban tugas kelompok, juga bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada pemakalah dan pembaca mengenai teknik-teknik supervisi
individual yang akan dijelaskan secara lengkap. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pemakalah dan juga pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI INDIVIDUAL
Menurut
Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan teknik perseorangan dalam kegiatan
supervisi adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi,
baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Maksudnya adalah memberikan
bimbingan perseorangan atau individu.[3]
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono mengemukakan bahwa, teknik supervisi individual
adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor disini
hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga hasil supervisi ini akan
diketahui kualitas pembelajarannya.
Supervisi
individual pada dasarnya merupakan supervisi yang dilakukan oleh seorang
supervisor kepada seorang guru atau administrasi dalam dunia pendidikan dalam
rangka pembinaan serta pemberian bantuan dengan tujuan mengoptimalkan kinerja
dan prestasi kerjanya.
Terdapat
beberapa pendapat mengenai macam-macam teknik supervisi individual, diantaranya
adalah: Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru mengemukakan beberapa teknik supervisi
pendidikan, yaitu perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,
saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri.[4]
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto juga tidak berbeda dalam mengemukakan
teknik-teknik supervisi individual, yaitu pekunjungan kelas (classroom
visitation), observasi kelas (classroom observation), percakapan pribadi
(individual conference), saling mengunjungi kelas (inter visition), menilai
diri sendiri (self evaluation check-list).[5]
Lantip
Diat Prasojo dan Sudiyono, teknik-tenik supervisi individual ada 5 macam, yaitu
kunjungan kelas, observasi kelas,
pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai sendiri.[6]
Sementara Suharsimi Arikunto membagi teknik supervisi individual menjadi 4
bagian, mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), mengadakan observasi
kelas (classroom observation), mengadakan wawancara perseorangan (individual
interview), mengadakan wawancara kelompok (group interview).[7]
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai teknik-teknik
supervisi individual yang dapat kita uraikan menjadi 5 teknik, yaitu:
A.
Kunjungan
Kelas (classroom visitation)
Yang
dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom
visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala
sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat
atau mengamati guru yang sedang mengajar, atau pun ketika kelas sedang kosong,
atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Dalam hal ini
kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat dari dekat situasi suasana kelas
secara keseluruhan. Apabila dari kunjungan tersebut dijumpai hal-hal yang baik
atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang
guru atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian
tersebut.[8]
Tujuan
dari perkunjungan kelas ialah menolong guru-guru dalam hal pemecahan
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam perkunjungan kelas yang
diutamakan ialah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana
guru membimbing murid-muridnya. Sementara fungsi perkunjungan kelas ialah
sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar dan mengajar yang
baru. Perkunjungan juga membantu pertumbuhan profesionalitas guru.[9]
Made
Pidarta, secara umum tujuan kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu pertama untuk mengetahui perilaku guru dalam segi-segi tertentu atau yang
bersifat khusus dan kedua untuk mendapatkan informasi tentang masalah tertentu
yang berguna bagi perbaikan pendidikan.[10]
Hendiyat
Soetopo dan Wasty Soemanto membagi Jenis-jenis perkunjungan kelas menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Perkunjungan
tanpa diberitahukan sebelumnya, maksudnya kepala sekolah secara tiba-tiba
datang ke kelas sementara guru sedang mengajar.
Keuntungan
dari perkunjungan yang seperti ini adalah :
a. Supervisor
dapat mengetahui keadaan sesungguhnya sehingga ia dapat menentukan sumbangan
apa yang diperlukan oleh guru tersebut.
b. Bagi
guru kunjungan tiba-tiba merupakan latihan dalam melaksanakan tugas mengajar
agar guru selalu siap.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a. Guru
menjadi bingung dengan datangnya supervisor yang secara tiba-tiba itu karena ia
berprasangka bahwa perkerjaannya akan dinilai.
b. Apabila
guru yang kurang senang dikunjungi ia beranggapan bahwa supervisor datang untuk
kesalahan saja sehingga timbul hubungan yang kurang baik antara guru dengan
supervisor.
2. Perkunjungan
dengan memberitahukan terlebih dahulu maksudnya kepala sekolah datang ke kelas
berdasarkan jadwal yang telah direncanakan dan diberikan pada tiap kelas yang
akan dikunjungi. Keuntungannya adalah ada pembagian waktu yang merata bagi
pelaksanaannya, sedangkan kelemahannya adalah ada kemungkinan pengurangan
kesempatan bagi guru yang lebih banyak memerlukan supervisi, keterbatasan waktu
yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan harus menunggu giliran
berikutnya.
3. Perkunjungan
atas undangan guru, maksudnya seorang guru mengundang kepala sekolah untuk
mengunjungi kelasnya, tetapi jarang sekali ada seorang guru yang menghendaki
pimpinannya melihat suasana waktu ia melaksanakan tugas mengajar.
Keuntungannya
adalah :
a. Bagi
supervisor akan memperoleh pengalaman berlajar mengajar yang mungkin belum ia
miliki.
b. Bagi
guru yang kurang mampu akan memperoleh tambahan pengalaman jabatan yang
sebanyak mungkin sehingga hubungan guru dengan supervisor baik sekali.[11]
Sementara
Lantip Diat Prasojo dan Suidyono memberikan penjelasan mengenai tahap-tahap
kunjungan kelas dan juga kriteria kunjungan kelas, yaitu :
Tahap-tahap
kunjungan kelas
1. Tahap
persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas.
2. Tahap
pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Tahap
akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian
untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
4. Tahap
akhir adalah tahap tindak lanjut.
Kriteria
kunjungan kelas
1. Memiliki
tujuan-tujuan tertentu.
2. Mengungkapkan
aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
3. Menggunakan
instrumen observasi untuk mendapatkan data yang objektif.
4. Terjadi
interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling
pengertian.
5. Pelaksanaan
kunjungan kelas tidak mengganggu proses pembelajaran.
6. Pelaksanaannya
diikuti dengan program tindak lanjut.[12]
Dapat
kita simpulkan bahwa kunjungan kelas merupakan salah satu teknik supervisi
individual dimana seorang supervisor mengunjungi kelas dan mengamati proses
pembelajaran untuk membantu guru mengoptimalkan proses pembelajaran dengan
memperbaiki bagian-bagian mana yang kurang dan belum sesuai.
B.
Observasi
Kelas (classroom observation)
Yang
dimaksud dengan observasi kelas atau classroom
observation ialah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas
atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau
peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan.[13]
Tujuan
dari observasi kelas adalah untuk memperoleh data objektif aspek-aspek situasi
pembelajaran, dan kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses
pembelajaran.[14]
Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru mengemukakan tujuan observasi kelas adalah
untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, sehingga dengan bahan yang
diperoleh dapatlah digunakan dalam menganalisa kesulitan-kesulitan yang
dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.
1. Bagi
guru sendiri data yang dianalisa akan dapat membantu untuk merubah cara-cara
mengajar ke arah yang lebih baik.
2. Bagi
murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap
kemajuan belajar mereka.[15]
Jenis-jenis
observasi sendiri biasanya dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Observasi
langsung (directed observation)
Seorang
guru yang sedang mengajar diobservasi langsung oleh supervisor. Ia berada di
antara dan bersama-sama kelas.
2. Observasi
tidak langung (indirect observation)
Orang
yang mengobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak
mengetahuinya.[16]
Lantip
Diat Prasojo dan Sudiyono, memberikan uraian mengenai aspek-aspek yang
diobservasi di dalam kelas, juga tentang pelaksanaan observasi kelas.
Aspek-aspek
yang diobservasi di dalam kelas
1. Usaha-usaha
dan aktivitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Cara
menggunakan media pengajaran.
3. Variasi
metode.
4. Ketepatan
penggunaan media dengan materi.
5. Ketepatan
penggunaan metode dengan materi.
6. Reaksi
mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan
observasi kelas
1. Persiapan.
2. Pelaksanaan.
3. Penutupan.
4. Penilaian
hasil observasi.
5. Tindak
lanjut. Supervisor: sudah siap dengan instrumen observasi, menguasai masalah
dan tujuan supervisi, dan observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.[17]
Syarat-syarat
untuk memperoleh data dalam observasi :
1. Menciptakan
situasi yang wajar (cara masuk kelas). Mengambil tempat di dalam kelas yang
tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang
mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak
guru.
2. Harus
dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
3. Bukan
melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4. Harus
diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.[18]
Kriteria
yang dipakai dalam observasi, yaitu :
1. Bersifat
objektif, maksudnya ialah segala sesuatu yang dicatat adalah data yang
sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
2. Apa
yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Maksudnya
adalah mencatat apa yang dilihat bukan apa yang dipikirkan.[19]
3. Pencatatan
yang tidak tepat, maka data yang diperoleh dengan sendirinya tidak dapat
dipercaya.
Hendiyat
Soetopo dan Wasty Soemanto, untuk memperoleh data tentang situasi belajar
mengajar yang baik digunakan beberapa alat antara lain :
1. Check
list, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam melengkapi
keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di
dalam kelas. Bentuk dari check list tersebut merupakan suatu daftar yang berisi
item-item yang sudah disediakan terlebih dahulu dan penjawab hanya tinggal
mengechek tiap items tersebut.[20]
Observasi
kelas pada dasarnya merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan oleh seorang
supervisor dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif, dimana data
tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembinaan dan pemberian
bantuan kepada seorang guru dalam mengoptimalkan kinerjanya.
C.
Wawancara
Perseorangan/ Percakapan Pribadi (individual
interview)
Wawancara
perseorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki
adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini dapat dilakukan, pertama,
apabila ada masalah khusus pada individu guru atau staf sekolah lain, yang penyelesaiannya
tidak boleh didengar oleh orang lain. Kedua apabila supervisor ingin mengecek
kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini wawancara
perseorangan adalah teknik yang tepat agar orang yang diwawancarai tidak
terpengaruh oleh pendapat orang lain.[21]
Piet
A. Sahertian dan Frans Mataheru, tujuan dari percakapan pribadi, yaitu :
1. Memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi.
2. Memupuk
dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
3. Memperbaiki
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
4. Menghilangkan
dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.[22]
Jenis-jenis
pertemuan individual menurut Swearingen yang dikutip oleh Lantip Diat Prasojo
dan Sudiyono diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Classroom-conference,
yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika para
peserta didik sedang meninggalkan kelas.
2. Office-conference,
yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau
ruang guru, dimana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan pada guru.
3. Casual-conference,
yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara
kebetulan dengan guru.
4. Observational-visitation,
yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan
kunjungan kelas atau observasi kelas.[23]
Dalam
melakukan wawancara pribadi, seorang supervisor harus terlebih dahulu
mepersiapkan segala sesuatunya. Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, hal-hal
yang perlu direncanakan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya wawancara
pribadi adalah :
1. Persiapan
untuk wawancara.
2. Membuat
catatan-catatan wawancara.
3. Menentukan
waktu, tempat serta lamanya percakapan[24]
Pada
pelaksanaan pertemuan individual atau wawancara perseorangan, supervisor harus
berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi
kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan
terhadap hal-hal yang masih meragukan.[25]
Kyet
yang dikutip oleh Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, mengemukakan ada tiga
unsur penting yang perlu diperhitungkan oleh supervisor dalam menganalisa
pengajaran, yaitu:
1. Hal-hal
yang menonjol dalam pelajaran.
2. Kekurangan-kekurangan
dari pelajaran.
3. Dan
hal-hal yang masih meragukan.[26]
Percakapan
pribadi adalah salah satu teknik supervisi individual yang memungkinkan seorang
supervisor dapat secara langsung secara pribadi menanyakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses kinerja dari seorang guru dengan mewawancarainya.
Dengan begitu supervisor dapat memberikan bantuan yang bersifat pembinaan
kepada guru tersebut secara pribadi tanpa harus diketahui orang lain.
D.
Kunjungan
Antar Kelas (inter visition)
Kunjungan
antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu
sendiri atau sekolah lain. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran.[27]
Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, kunjungan antar kelas ialah saling
mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang
mengajar.[28]
Kebaikan dari teknik ini adalah:
a. Memberi
kesempatan pada rekan yang lain untuk mengamati guru yang sedang mengajar.
b. Mebantu
guru-guru lain yang ingin memperoleh pengalaman keterampilan tentang teknik dan
metode mengajar serta berguna bagi guru yang menghendaki kesulitan.
c. Memberi
motivasi yang terarah terhadap aktifitas mengajar.[29]
d. Sifat-sifat
bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak adasama
sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari
penyelesaian suatu persoalan yang bersifat musyawarah.[30]
Jenis-jenis
kunjungan antar kelas (intervisitation), yaitu :
1. Kunjungan
antar kelas yang diarahkan dan disarankan kepada seorang guru yang mengalami
kesulitan oleh supervisor, untuk melihat rekan-rekan guru yang lain mengajar.[31]
2. Kepala
sekolah menganjurkan agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau
di sekolah lain. Untuk cara yang kedua ini diperlukan perencanaan dan
musyawarah terlebih dahulu.
Adapun
cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas seperti yang dikemukakan Lantip
Diat Prasojo dan Sudiyono adalah sebagai berikut :
1. Harus
direncanakan.
2. Guru-guru
yang dikunjungi harus diseleksi.
3. Tentukan
guru-guru yang akan mengunjungi.
4. Sediakan
segala fasilitas yang diperlukan.
5. Supervisor
hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
6. Adakan
tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
7. Segera
aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru yang bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
8. Adakan
perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.[32]
Dapat
dipahami bahwa seorang guru kadang kala sering mendapati kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya. Supervisor dapat memberikan bantuan kepada guru tersebut
dengan menyarankan teknik saling mengunjungi kelas. Dengan begitu, guru
tersebut akan melihat sendiri bagaimana guru lain dalam melaksanakan tugasnya
dan dapat menjadi acuan dalam pembenahan kinerja guru itu sendiri. Dan karena
yang dikunjungi adalah sesama guru, pemecahan masalah atau diskusi yang
dilakukan akan lebih wajar seperti seorang teman, bukan seperti pimpinan dan
bawahan.
E.
Menilai
diri sendiri (self evaluation check-list)
Salah
satu tugas yang paling sulit bagi guru adalah melihat kemampuannya sendiri
dalam menyajikan bahan pelajaran. Menilai diri sendiri adalah penilaian diri
yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan
kejujuran diri sendiri.[33] Alat yang dapat digunakan dalam menilai diri
sendiri adalah :
a. Membuat
suatu daftar yang disampaikan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau suatu
aktifitas.
b. Menganalisa
tes-tes terhadap unit-unit kerja.
c. Mencatat
aktifitas murid-murid dalam suatu catatan baik mereka bekerja kelompok maupun
secara perorangan suatu contoh self evaluation check list. Self evaluation
check list berisikan pernyataan-pernyataan tentang kegiatan-kegiatan guru yang
mengajar. Tujuan dari self evaluation check list ini ialah agar guru dapat
menilai dirinya sendiri.[34]
Menilai
diri sendiri merupakan salah satu teknik supervisi individual dimana seorang
guru ingin mengetahui apakan kinerjanya sudah optimal atau belum dengan
memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri. Teknik supervisi menilai diri
sendiri membutuhkan alat untuk dapat melakukannya, yaitu salah satunya adalah
self evaluation check list. Dengan menggunakan self evaluation check list
seorang guru dapat dengan mudah menilai dirinya sendiri dan dapat dengan
mudah mengetahui kelemahan-kelemahan
yang ada pada dirinya. Tetapi dalam teknik ini sangat dibutuhkan keobjektifan
serta kejujuran dari pelakunya.
BAB III
PENUTUP
Pelaksanaan
kegiatan supervisi pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan pembinaan yang
dilakukan supervisor dalam rangka meningkatkan serta mengoptimalkan kinerja
dari objek supervisi pendidikan, yaitu yang menyangkut unsur-unsur pendidikan
itu sendiri. Berbagai kondisi dan situasi di lapangan, mengharuskan seorang
supervisor harus memahami berbagai cara atau metode dalam melakukan supervisi.
Seorang supervisor harus paham teknik apa yang harus digunakan dalam mengatasi
suatu permasalahan atau dalam melakukan pembinaan kepada objek supervisi.
Teknik
supervisi secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan
kelompok. Yang pada makalah ini difokuskan mengenai teknik supervisi individual
atau perseorangan. Teknik supervisi perseorangan adalah teknik yang menekankan
pelaksanaan kegiatan supervisi yang memberikan bantuan kepada perseorangan atau
seorang guru. Dengan teknik ini seorang supervisor dapat memberikan bantuan kepada
seorang guru secara langsung perseorangan sehingga dapat memberikan
solusi-solusi pemecahan masalah yang langsung mengarah kepada individu
tersebut. Beberapa teknik supervisi individual, di antaranya adalah :
1. Kunjungan
kelas.
2. Observasi
kelas.
3. Percakapan
pribadi.
4. Saling
mengunjungi antar kelas.
5. Menilai
diri sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Curtis, Dan B., James J. Floyd, and Jerry L. Winsor.
Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999.
Irons, Peter. Keberanian Mereka yang Berpendirian.
Bandung: Angkasa, 1996.
Irwin, Douglas A. Mengejar Pasang. Bandung: Angkasa,
2001.
Kurgman, Paul. Kembalinya Depresi Ekonomi. Bandung:
ITB, 2001.
Leege,
David C., and Lyman A. Kellstedt. Agama dalam Politik Amerika.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.
[1]
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 40
[2]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 54.
[3]
Ibid.
[4]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 45.
[5]Hendiyat
Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan
Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 46-48.
[6]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 102.
[7]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 54-56.
[8]
Ibid.
[9]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 45.
[10]
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 234.
[11]
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 46-47.
[12]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 103.
[13]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 55.
[14]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 104.
[15]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 51.
[16]
Ibid., 52-52.
[17]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 104-105.
[18]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[19]
Ibid., hal. 52-53.
[20]
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 47-48.
[21]
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 57-58.
[22]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[23]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 105-106.
[24]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[25]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[26]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 74.
[27]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[28]
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 48.
[29]
Ibid.
[30]
Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip
dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 77.
[31]
Ibid.
[32]
Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[33]
Ibid. Hal. 107.
[34]
Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar