Pages - Menu

Minggu, 14 April 2013

Teknik-teknik Supervisi Perseorangan


MAKALAH TEKNIK-TENIK SUPERVISI PERSEORANGAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan dalam rangka mengembangkan serta memperbaiki aspek-aspek pendidikan baik yang bersifat akdemik maupun administratif merupakan tugas seorang supervisor. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto mengemukakan secara umum tujuan dari supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan, yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.[1]

Dalam menjalankan tugasnya, seorang supervisor akan menghadapi berbagai situasi atau kondisi dari orang yang disupervisi maupun lingkungan. Sehingga, seorang supervisor harus memiliki beberapa cara atau metode dalam melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur pendidikan sebagai objek dari supervisi itu sendiri.

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa secara garis besar cara atau teknik  supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.[2] Di dalam pembahasan makalah ini, akan difokuskan pada penjabaran dari teknik supervisi perseorangan sebagaimana yang telah dibebankan kepada pemakalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Supervisi Pendidikan. Makalah ini, selain sebagai kewajiban tugas kelompok, juga bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemakalah dan pembaca mengenai teknik-teknik supervisi individual yang akan dijelaskan secara lengkap. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pemakalah dan juga pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan teknik perseorangan dalam kegiatan supervisi adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Maksudnya adalah memberikan bimbingan perseorangan atau individu.[3] Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono mengemukakan bahwa, teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor disini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.

Supervisi individual pada dasarnya merupakan supervisi yang dilakukan oleh seorang supervisor kepada seorang guru atau administrasi dalam dunia pendidikan dalam rangka pembinaan serta pemberian bantuan dengan tujuan mengoptimalkan kinerja dan prestasi kerjanya.

Terdapat beberapa pendapat mengenai macam-macam teknik supervisi individual, diantaranya adalah: Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru mengemukakan beberapa teknik supervisi pendidikan, yaitu perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri.[4] Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto juga tidak berbeda dalam mengemukakan teknik-teknik supervisi individual, yaitu pekunjungan kelas (classroom visitation), observasi kelas (classroom observation), percakapan pribadi (individual conference), saling mengunjungi kelas (inter visition), menilai diri sendiri (self evaluation check-list).[5]

Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, teknik-tenik supervisi individual ada 5 macam, yaitu kunjungan kelas,  observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai sendiri.[6] Sementara Suharsimi Arikunto membagi teknik supervisi individual menjadi 4 bagian, mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation), mengadakan observasi kelas (classroom observation), mengadakan wawancara perseorangan (individual interview), mengadakan wawancara kelompok (group interview).[7]

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai teknik-teknik supervisi individual yang dapat kita uraikan menjadi 5 teknik, yaitu:

A.    Kunjungan Kelas (classroom visitation)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, atau pun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Dalam hal ini kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat dari dekat situasi suasana kelas secara keseluruhan. Apabila dari kunjungan tersebut dijumpai hal-hal yang baik atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut.[8]

Tujuan dari perkunjungan kelas ialah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam perkunjungan kelas yang diutamakan ialah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Sementara fungsi perkunjungan kelas ialah sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar dan mengajar yang baru. Perkunjungan juga membantu pertumbuhan profesionalitas guru.[9]

Made Pidarta, secara umum tujuan kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama untuk mengetahui perilaku guru dalam segi-segi tertentu atau yang bersifat khusus dan kedua untuk mendapatkan informasi tentang masalah tertentu yang berguna bagi perbaikan pendidikan.[10]

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto membagi Jenis-jenis perkunjungan kelas menjadi tiga bagian, yaitu:
1.    Perkunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya, maksudnya kepala sekolah secara tiba-tiba datang ke kelas sementara guru sedang mengajar.
Keuntungan dari perkunjungan yang seperti ini adalah :
a.  Supervisor dapat mengetahui keadaan sesungguhnya sehingga ia dapat menentukan sumbangan apa yang diperlukan oleh guru tersebut.
b.   Bagi guru kunjungan tiba-tiba merupakan latihan dalam melaksanakan tugas mengajar agar guru selalu siap.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a.  Guru menjadi bingung dengan datangnya supervisor yang secara tiba-tiba itu karena ia berprasangka bahwa perkerjaannya akan dinilai.
b.  Apabila guru yang kurang senang dikunjungi ia beranggapan bahwa supervisor datang untuk kesalahan saja sehingga timbul hubungan yang kurang baik antara guru dengan supervisor.

2.   Perkunjungan dengan memberitahukan terlebih dahulu maksudnya kepala sekolah datang ke kelas berdasarkan jadwal yang telah direncanakan dan diberikan pada tiap kelas yang akan dikunjungi. Keuntungannya adalah ada pembagian waktu yang merata bagi pelaksanaannya, sedangkan kelemahannya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru yang lebih banyak memerlukan supervisi, keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan harus menunggu giliran berikutnya.

3.  Perkunjungan atas undangan guru, maksudnya seorang guru mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya, tetapi jarang sekali ada seorang guru yang menghendaki pimpinannya melihat suasana waktu ia melaksanakan tugas mengajar.

Keuntungannya adalah :
a.    Bagi supervisor akan memperoleh pengalaman berlajar mengajar yang mungkin belum ia miliki.
b.  Bagi guru yang kurang mampu akan memperoleh tambahan pengalaman jabatan yang sebanyak mungkin sehingga hubungan guru dengan supervisor baik sekali.[11]

Sementara Lantip Diat Prasojo dan Suidyono memberikan penjelasan mengenai tahap-tahap kunjungan kelas dan juga kriteria kunjungan kelas, yaitu  :

Tahap-tahap kunjungan kelas
1.  Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
2. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3.  Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
4.      Tahap akhir adalah tahap tindak lanjut.

Kriteria kunjungan kelas
1.      Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2.      Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
3.      Menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang objektif.
4.      Terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian.
5.      Pelaksanaan kunjungan kelas tidak mengganggu proses pembelajaran.
6.      Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.[12]

Dapat kita simpulkan bahwa kunjungan kelas merupakan salah satu teknik supervisi individual dimana seorang supervisor mengunjungi kelas dan mengamati proses pembelajaran untuk membantu guru mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memperbaiki bagian-bagian mana yang kurang dan belum sesuai.

B.     Observasi Kelas (classroom observation)

Yang dimaksud dengan observasi kelas atau classroom observation ialah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan.[13]
 
Tujuan dari observasi kelas adalah untuk memperoleh data objektif aspek-aspek situasi pembelajaran, dan kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.[14] Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru mengemukakan tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, sehingga dengan bahan yang diperoleh dapatlah digunakan dalam menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.

1.   Bagi guru sendiri data yang dianalisa akan dapat membantu untuk merubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
2.    Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.[15]

Jenis-jenis observasi sendiri biasanya dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.      Observasi langsung (directed observation)
Seorang guru yang sedang mengajar diobservasi langsung oleh supervisor. Ia berada di antara dan bersama-sama kelas.
2.      Observasi tidak langung (indirect observation)
Orang yang mengobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.[16]

Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, memberikan uraian mengenai aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas, juga tentang pelaksanaan observasi kelas.

Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas
1.      Usaha-usaha dan aktivitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.      Cara menggunakan media pengajaran.
3.      Variasi metode.
4.      Ketepatan penggunaan media dengan materi.
5.      Ketepatan penggunaan metode dengan materi.
6.      Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Pelaksanaan observasi kelas
1.      Persiapan.
2.      Pelaksanaan.
3.      Penutupan.
4.      Penilaian hasil observasi.
5.   Tindak lanjut. Supervisor: sudah siap dengan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.[17]

Syarat-syarat untuk memperoleh data dalam observasi :
1.   Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas). Mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.
2.      Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
3.      Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4.      Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.[18]

Kriteria yang dipakai dalam observasi, yaitu :
1.      Bersifat objektif, maksudnya ialah segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
2.    Apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Maksudnya adalah mencatat apa yang dilihat bukan apa yang dipikirkan.[19]
3.      Pencatatan yang tidak tepat, maka data yang diperoleh dengan sendirinya tidak dapat dipercaya.

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar yang baik digunakan beberapa alat antara lain :
1.      Check list, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di dalam kelas. Bentuk dari check list tersebut merupakan suatu daftar yang berisi item-item yang sudah disediakan terlebih dahulu dan penjawab hanya tinggal mengechek tiap items tersebut.[20]

Observasi kelas pada dasarnya merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan oleh seorang supervisor dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif, dimana data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembinaan dan pemberian bantuan kepada seorang guru dalam mengoptimalkan kinerjanya.

C.    Wawancara Perseorangan/ Percakapan Pribadi (individual interview)

Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini dapat dilakukan, pertama, apabila ada masalah khusus pada individu guru atau staf sekolah lain, yang penyelesaiannya tidak boleh didengar oleh orang lain. Kedua apabila supervisor ingin mengecek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini wawancara perseorangan adalah teknik yang tepat agar orang yang diwawancarai tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain.[21]

Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, tujuan dari percakapan pribadi, yaitu :
1.   Memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
2.      Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
3.   Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
4.      Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.[22]

Jenis-jenis pertemuan individual menurut Swearingen yang dikutip oleh Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :
1.  Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik sedang meninggalkan kelas.
2.    Office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, dimana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3.  Casual-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan dengan guru.
4.   Observational-visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.[23]

Dalam melakukan wawancara pribadi, seorang supervisor harus terlebih dahulu mepersiapkan segala sesuatunya. Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, hal-hal yang perlu direncanakan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya wawancara pribadi adalah :
1.      Persiapan untuk wawancara.
2.      Membuat catatan-catatan wawancara.
3.      Menentukan waktu, tempat serta lamanya percakapan[24]
 
Pada pelaksanaan pertemuan individual atau wawancara perseorangan, supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.[25]

Kyet yang dikutip oleh Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, mengemukakan ada tiga unsur penting yang perlu diperhitungkan oleh supervisor dalam menganalisa pengajaran, yaitu:
1.      Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran.
2.      Kekurangan-kekurangan dari pelajaran.
3.      Dan hal-hal yang masih meragukan.[26]

Percakapan pribadi adalah salah satu teknik supervisi individual yang memungkinkan seorang supervisor dapat secara langsung secara pribadi menanyakan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kinerja dari seorang guru dengan mewawancarainya. Dengan begitu supervisor dapat memberikan bantuan yang bersifat pembinaan kepada guru tersebut secara pribadi tanpa harus diketahui orang lain.

D.    Kunjungan Antar Kelas (inter visition)

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri atau sekolah lain. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.[27] Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, kunjungan antar kelas ialah saling mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar.[28] Kebaikan dari teknik ini adalah:
a.       Memberi kesempatan pada rekan yang lain untuk mengamati guru yang sedang mengajar.
b.      Mebantu guru-guru lain yang ingin memperoleh pengalaman keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru yang menghendaki kesulitan.
c.       Memberi motivasi yang terarah terhadap aktifitas mengajar.[29]
d.   Sifat-sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak adasama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian suatu persoalan yang bersifat musyawarah.[30]

Jenis-jenis kunjungan antar kelas (intervisitation), yaitu :
1.    Kunjungan antar kelas yang diarahkan dan disarankan kepada seorang guru yang mengalami kesulitan oleh supervisor, untuk melihat rekan-rekan guru yang lain mengajar.[31]
2.   Kepala sekolah menganjurkan agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau di sekolah lain. Untuk cara yang kedua ini diperlukan perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.

Adapun cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas seperti yang dikemukakan Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono adalah sebagai berikut :
1.      Harus direncanakan.
2.      Guru-guru yang dikunjungi harus diseleksi.
3.      Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
4.      Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
5.      Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
6.   Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
7.  Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru yang bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
8.      Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.[32]

Dapat dipahami bahwa seorang guru kadang kala sering mendapati kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Supervisor dapat memberikan bantuan kepada guru tersebut dengan menyarankan teknik saling mengunjungi kelas. Dengan begitu, guru tersebut akan melihat sendiri bagaimana guru lain dalam melaksanakan tugasnya dan dapat menjadi acuan dalam pembenahan kinerja guru itu sendiri. Dan karena yang dikunjungi adalah sesama guru, pemecahan masalah atau diskusi yang dilakukan akan lebih wajar seperti seorang teman, bukan seperti pimpinan dan bawahan.

E.     Menilai diri sendiri (self evaluation check-list)

Salah satu tugas yang paling sulit bagi guru adalah melihat kemampuannya sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.[33]  Alat yang dapat digunakan dalam menilai diri sendiri adalah :
a.       Membuat suatu daftar yang disampaikan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktifitas.
b.      Menganalisa tes-tes terhadap unit-unit kerja.
c.    Mencatat aktifitas murid-murid dalam suatu catatan baik mereka bekerja kelompok maupun secara perorangan suatu contoh self evaluation check list. Self evaluation check list berisikan pernyataan-pernyataan tentang kegiatan-kegiatan guru yang mengajar. Tujuan dari self evaluation check list ini ialah agar guru dapat menilai dirinya sendiri.[34]

Menilai diri sendiri merupakan salah satu teknik supervisi individual dimana seorang guru ingin mengetahui apakan kinerjanya sudah optimal atau belum dengan memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri. Teknik supervisi menilai diri sendiri membutuhkan alat untuk dapat melakukannya, yaitu salah satunya adalah self evaluation check list. Dengan menggunakan self evaluation check list seorang guru dapat dengan mudah menilai dirinya sendiri dan dapat dengan mudah  mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Tetapi dalam teknik ini sangat dibutuhkan keobjektifan serta kejujuran dari pelakunya.

BAB III
PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan supervisi pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan supervisor dalam rangka meningkatkan serta mengoptimalkan kinerja dari objek supervisi pendidikan, yaitu yang menyangkut unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Berbagai kondisi dan situasi di lapangan, mengharuskan seorang supervisor harus memahami berbagai cara atau metode dalam melakukan supervisi. Seorang supervisor harus paham teknik apa yang harus digunakan dalam mengatasi suatu permasalahan atau dalam melakukan pembinaan kepada objek supervisi.

Teknik supervisi secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan kelompok. Yang pada makalah ini difokuskan mengenai teknik supervisi individual atau perseorangan. Teknik supervisi perseorangan adalah teknik yang menekankan pelaksanaan kegiatan supervisi yang memberikan bantuan kepada perseorangan atau seorang guru. Dengan teknik ini seorang supervisor dapat memberikan bantuan kepada seorang guru secara langsung perseorangan sehingga dapat memberikan solusi-solusi pemecahan masalah yang langsung mengarah kepada individu tersebut. Beberapa teknik supervisi individual, di antaranya adalah :
1.      Kunjungan kelas.
2.      Observasi kelas.
3.      Percakapan pribadi.
4.      Saling mengunjungi antar kelas.
5.      Menilai diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Curtis, Dan B., James J. Floyd, and Jerry L. Winsor. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999.
Irons, Peter. Keberanian Mereka yang Berpendirian. Bandung: Angkasa, 1996.
Irwin, Douglas A. Mengejar Pasang. Bandung: Angkasa, 2001.
Kurgman, Paul. Kembalinya Depresi Ekonomi. Bandung: ITB, 2001.
Leege, David C., and Lyman A. Kellstedt. Agama dalam Politik Amerika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006.

[1] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 40
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 54.
[3] Ibid.
[4] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 45.
[5]Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 46-48.
[6] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 102.
[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 54-56.
[8] Ibid.
[9] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 45.
[10] Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 234.
[11] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 46-47.
[12] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 103.
[13] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 55.
[14] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 104.
[15] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 51.
[16] Ibid., 52-52.
[17] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 104-105.
[18] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[19] Ibid., hal. 52-53.
[20] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 47-48.
[21] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 57-58.
[22] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[23] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 105-106.
[24] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 52.
[25] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[26] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 74.
[27] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[28] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 48.
[29] Ibid.
[30] Piet A. Sahertian, Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Malang: 1982), hal. 77.
[31] Ibid.
[32] Lantip Diat Prasojo, Sudiyono, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 106.
[33] Ibid. Hal. 107.
[34] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar